Sedangkan kriteria baru, berdasarkan kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), mengacu pada tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
Mufid menyebut kriteria MABIMS ini baru diterapkan di Indonesia pada 2022, yakni saat penentuan awal Ramadan dan Lebaran 1444 H.
Di luar MABIMS, ada Muhammadiyah yang menetapkan awal bulan baru Kalender Hijriah mengacu pada metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal (kondisi peredaran Bulan, Bumi, dan Matahari yang sebenarnya), bukan hisab 'urfi (peredaran rata-rata).
Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menekankan pihaknya tidak berlandaskan pada penampakan hilal dalam hal penetapan awal bulan hijriah, tetapi berdasarkan pada posisi geometris Matahari, Bumi, dan Bulan.
"Jadi posisinya, bukan nampak dan tidaknya," katanya.
Septi Widiyarti