Padahal potensi migas di wilayah tersebut ditemukan sebelum adanya penetapan Taman Nasional Lorentz.
Karenanya, saat ini SKK Migas tengah mengajukan izin eksplorasi di area tersebut dengan berkirim surat ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sembari proses pengajuan izin berlangsung, pihaknya juga tengah berkomunikasi dengan calon-calon investor untuk mau berinvestasi di area tersebut.
Selain berada di Taman Nasional Lorentz, kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi di area Warim juga memiliki sejumlah tantangan. Beberapa diantaranya yakni risiko serangan nyamuk malaria hingga keamanan karena terdapat area yang aktif terjadi penembakan.
“Tantangannya selain taman nasional dan lingkungan, operasionalnya sangat menantang karena resikonya malaria kemudian ada daerah-daerah yang tempat aktif penembakan ini juga secara keamanan oleh tim apakah bisa feasible atau enggak. Kita diskusi dengan beberapa investor itu area fokus nya akan kita fokuskan untuk area yang aman, ada area red zone kita gak usah aja," ujarnya.
Berdasarkan bahan paparan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), area Warim menyimpan potensi minyak sebesar 25,968 miliar barel. Artinya bila mengacu pada harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada April 2023 sebesar US$ 79,34 per barel, potensi minyak di Warim bernilai US$ 2,06 triliun atau Rp 30.646 triliun.
Selain memiliki potensi minyak yang sangat besar, area ini juga menyimpan potensi gas berkali-kali lipat lebih besar dibanding Blok Masela yakni sebesar 47,37 triliun kaki kubik (TCf). Sedangkan, Blok Masela sendiri hanya memiliki potensi cadangan gas sebesar 10,73 TCF.
Sebelumnya Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan guna mengembangkan ladang gas jumbo tersebut, regulator di sektor hulu ini akan meminta restu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mengingat, area Warim yang berada di dalam area hutan nasional Lorentz.
BACA JUGA:Simak Baik-baik, Ini 7 Tipe Wanita yang Menjadi Incaran Pria Zaman Now
“Kita minta persetujuan KLHK untuk bisa melaksanakan eksplorasi di hutan lindung," ujar dia.
Menurut Dwi setelah persetujuan dari KLHK didapatkan, SKK Migas akan menawarkan pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk mau melakukan kegiatan eksplorasi di area Warim. Sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan yang berminat, namun Dwi tidak membeberkan secara rinci.
“Sekarang sudah urus izin setelah ini selesai kemudian kita tentu saja mencari KKKS yang berminat sudah ada beberapa perusahaan besar tapi ini masih sama-sama menjajaki," kata dia.
(tim)