Karomah juga berbeda dari sihir (sihr) dari tingkat kesalehan pemiliknya. Jika sesuatu khariq li al-‘adah keluar dari seorang yang saleh maka disebut dengan karomah. Jika tidak, maka disebut dengan sihir. Sehingga unsur pembeda dari keduanya adalah murni tingkat kesalehan yang dimiliki.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang khariq li al-‘adah dapat dibedakan menjadi empat macam sesuai dengan kapasitas pemiliknya; Mukjizat, manakala didahului dengan klaim kenabian, sehingga dimiliki oleh para nabi dan rasul. Irhash, ketika muncul dari para nabi sebelum menunjukkan klaim kenabian.
Karomah, ketika keluar dari seorang yang saleh yang bukan nabi. Dan sihir, ketika keluar dari seorang fasik lagi tidak saleh.
BACA JUGA:Top 3 Bintang Pencetak 7 Gol di Fase Grup Piala Asia U-17 2025, Siapa Saja?
Berdasarkan identifikasi perbedaan konsep khariq li al-‘adah sebelumnya, maka dalam Al-Qur’an yang masuk dalam kategori karomah sekaligus menjadi bukti keabsahannya ada setidaknya lima kisah.
1. Kisah yang pertama adalah kisah karomah Maryam binti ‘Imran ‘alaiha al-salam
Seperti yang telah diketahui, ia merupakan ibu dari Nabi Isa AS Ada dua karomah yang dimiliki Maryam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an.
Pertama, pada rangkaian ceritanya dalam surah Ali Imran ayat 33-51, di mana Nabi Zakaria yang kala itu mendapatkan penghormatan sebagai orang yang merawat Maryam selalu menjumpai rezeki ketika ia memasuki mihrab, tempat Maryam tinggal (QS. Ali Imran: 37).
Selanjutnya adalah kehamilannya atas Nabi Isa AS yang tanpa melalui proses sebagaimana umumnya manusia biasa.
Kemudian berlanjut sampai pada masa melahirkan, ketika Allah memberikan rezeki kepadanya berupa kurma dari sebatang pohon yang telah kering dan layu serta minum dari mata air yang keluar di sampingnya. Cerita karomah ini diabadikan dalam QS. Maryam ayat 25.
BACA JUGA:Resmi Berlaku, Gaji Kepala Desa serta Sekretaris Desa Naik 2025, Lengkap dengan Tunjangan
2. Karomah berikutnya adalah kisah dari shahib Nabi Sulaiman AS bernama Ashif bin Barkhaya
Ia merupakan seorang alim yang memiliki ‘ilm min al-kitab (pengetahuan dari kitab suci).
Beberapa tafsir menyebutkan bahwa ia mengetahui al-ism al-a‘dzam (nama agung), yang dengannya ia mampu memenuhi permintaan Nabi Sulaiman untuk mendatangkan singgasana Bilqis hanya dalam waktu sekejap.
Dan karena seorang hamba yang saleh, ia tidak lantas menjadi sombong. Ia justru berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)” (QS. Al-Naml: 40).
3. Selanjutnya kisah karomah dari ibu Nabi Musa AS yang muncul sejak Nabi Musa masih berada dalam kandungan hingga dikembalikan lagi ke dalam pangkuannya, karena ia begitu percaya akan janji yang telah diberikan Allah SWT, “Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu” (QS. Al-Qashash: 7).