Sembunyikan Senjata Nuklir?
Dalam pembelaannya soal serangan preemtif terhadap Iran, Israel berujar meyakini Iran mempersenjatai uranium untuk membuat senjata nuklir.
Maka Israel menyerang Iran untuk mencegah holocaust akibat serangan nuklir.
“Kami tidak ingin mengalami holocaust kedua, holocaust nuklir. Kami sudah mengalaminya sekali di masa lalu. Negara Yahudi tidak akan membiarkan holocaust terjadi kepada warga Yahudi,” cetus Netanyahu, dikutip The Jerusalem Post.
Netanyahu alpa bahwa apa yang negerinya lakukan terhadap warga Gaza sejak Oktober 2023 sudah tergolong holocaust.
Bahkan, Menteri Warisan Budaya Israel Amiyal Eliyahu menyatakan ketika diwawancara Radio Kol Berama pada awal November 2023, penggunaan bom nuklir jadi opsi untuk menghancurkan Gaza, yang kemudian berbuah skors dari Netanyahu berupa tak dilibatkannya Eliyahu dalam rapat-rapat kabinet lagi.
Pernyataan Eliyahu memperkuat dugaan seolah Israel memiliki senjata nuklir. Selama ini, Israel tak pernah mengkonfirmasi secara resmi dan tidak pernah pula menyanggahnya.
Sementara, banyak pihak meyakini Israel punya senjata nuklir yang disembunyikan, mengingat Israel sampai sekaran tak pernah ikut menandatangani Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir 1968.
BACA JUGA:Bos Korea Ingatkan Amerika Serikat Jangan Bantu Israel jika Tidak Mau...
Menariknya, Israel selalu mengembangkan kapasitas energi atom atau nuklir di balik beberapa palagan yang melibatkannya dengan negara-negara Arab.
Senjata nuklir bahkan sudah jadi ambisi PM Israel pertama, David Ben-Gurion, untuk kemudian merekrut para ilmuwan fisika dan nuklir Yahudi saat Perang Arab-Israel 1948 masih membara.
“Apa yang dibuat (Albert) Einstein, (J. Robert) Oppenheimer, dan (Edward) Teller –ketiganya Yahudi– untuk Amerika, mestinya juga bisa dibuat oleh para ilmuwan di Israel demi bangsanya,” ungkap PM Ben-Gurion, dikutip Avner Cohen dalam Israel and the Bomb.
Israel memulainya dengan membentuk Korps Sains “Hemed Gimmel” di Tentara Pendudukan Israel (IOF) untuk melakukan survei geologi di Gurun Negev pada 1949.
Mereka juga yang merekrut para sarjana fisika di Universitas Chicago yang belajar di bawah fisikawan Enrico Fermi.
Pada 1953, Komisi Energi Atom Israel IAEC mulai menjalin kerjasama dengan Prancis, mulai kerjasama penelitian hingga pembangunan Reaktor Riset Nuklir Soreq di Palmachim dan Dimona di Negev.