Tepat ini fatwa Imam Ghazali. Manusia pada hakikatnya tidur, kecuali orang yang alim. Orang yang alim walaupun hidup tapi tidur. Hidup tidur, ya ga bisa berbuat banyak, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali yang ikhlas. Jadi, kalau amal itu adalah jasad, ikhlas itu adalah ruh. Amal tanpa ikhlas, patung.
Patung tidak bisa berkembang tidak bisa berbuat banyak. Namanya patung. Itu amal tanpa ikhlas. Ini termasuk penyakit batin, riya’, ujub, sum’ah, penyakit kepingin didenger orang, penyakit kepingin dilihat orang. Wah, kalau sembahyangnya dilihat orang, mantap betul kayak besok mau mati. Tapi kalau sudah sembahyang yang ga dilihat orang, wah kilat khusus.
Cepet bukan main. Riya’. Ini yang menghancurkan amal ini ga terasa. Sifat kita sendiri. Riya’ ini menggerogoti amal sebagaimana api menggerogoti kayu bakar.
Yang ketujuh, teman setan,
آكل مال اليتيم
“Orang yang memakan harta anak yatim.”
Itu setan seneng betul itu. Dia bisikkan, “Kau kan ngurus anak yatim. Ah, kau sudah menanamkan budi kepada mereka. Jadi wajar kalau kau ambil bagian.” Mula-mula memang dalam batas yang wajar. Makin lama, malah berebut sama yatimnya. Makin kesonoin, yatimnya malah ga keduman, panitianya yang kenyang.
آكل مال اليتيم
Orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim ini merupakan teman setan.
Sebaliknya, orang yang melindungi anak yatim, kata Nabi, “Seperti dua jari ini dengan aku di akhirat nanti.” Dekat derajatnya dengan Rasul.
Yang kedelapan, teman setan,
المتهاون بالصلاة