Kisah Abu Nawas Selamat dari Hukuman karena Buta Warna dan Perjalanan Mencari Tuhan

Rabu 07-06-2023,21:25 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

“Lagi pula, jika Allah tidak memberikan 700 kantong makanan pada kami pada nanti malam atau besok pagi hingga kami pun mati, saya lebih berbahagia lagi. Itu berarti Allah yang kami yakini selalu ada di samping kami, akan segera kami jumpai dengan sepenuh keyakinan dan kebahagiaan,” imbuh ketua kalifah sambil undur diri untuk menyantap bekal terakirnya.

 

Sementara Abu dan Abul menyantap makanan mereka dengan tetesan air mata. Saat senja tiba, rombogan kafilah itu mohon pamit. Lalu, Abu dan Abul mengantar kepergian mereka dengan syukur dan sukacita.

 

“Karena hari sudah semakin gelap, bagaimana kalau bermalam saja di masjid ini. Besok kita akan kembali ke rumah masing-masing,” ucap Abul Augus.

 

“Apakah itu artinya kau sudah menemukan Tuhan, saudaraku Abul Augus?” tanya Abu Nawas.

 

“Benar, Tuan. Saya sudah menemukan Tuhan yang selama ini hilang dari saya tapi Tuan nikmati keberadaan-Nya dalam zikir Tuan,” jelas Abul yakin.

 

“Bagaimana bisa engkau tiba-tiba menemukan Tuhan, saudaraku?” tanyanya penasaran.

 

“Sebenarnya, ketika hari pertama kita melakukan perjalanan dan Tuan berkata bahwa sholat harus mengasyikkan dan tak boleh tersiksa menanggung beban, saya hampir menemukan Allah. Ia menurunkan syariat agama pasti untuk membahagiakan umatnya. Bukan untuk mempersulit mereka,” ucap Abul Augus.

 

“Kemudian, ketika kita bertemu dengan musafir yang peduli pada unta-unta mereka, saya sudah merasa semakin dekat dengan Tuhan yang saya cari. Lalu, ketika saya tak merasa bahagia ketika sholat di alun-alun Kota Baghdad, sesunnguhnya saya merasa tengah diajarkan makna dan tujuan sholat yang sebenarnya,” imbuh Abul Augus.

 

Kategori :