Misteri Harta Karun 6.000 Ton Emas Peninggalan Jepang Terkubur di Bumi Indonesia
Misteri harta karun emas peninggalan Jepang di Indonesia--
Ada versi lain, emas ini sudah dikuasai oleh rezim Ferdinand Marcos yang menguasai Filipina dari tahun 1965-1986.
Diktator yang punya rekening luar biasa gendut ini adalah mantan tentara Filipina saat perang Dunia II. Kekayaannya tersebar di beberapa bank di Eropa.
Dia mengaku kaya bukan karena korupsi tapi karena harta karun.
BACA JUGA:Ini Syarat dan Cara Pengajuan KPR BCA 2025, Segera Ajukan
Profesor Rico Jose, seorang peneliti dari Universitas Filipina mempertanyakan soal harta karun Yamashita ini. Jose menilai Emas Yamashita hanya mitos. “Tahun 1943 Jepang tak lagi menguasai lautan. Kecil kemungkinan emas ini dibawa ke Filipina,” kata Jose kepada media Filipina.
Namun analisa Jose tak menyurutkan niat para pencari harta karun. Jika tak di Filipina, maka tentu ceceran emas rampasan Jepang ini masih ada di negara-negara lain. Termasuk Indonesia. Adakah yang masih tersisa?
Konon kabarnya, di Indonesia, khususnya di daerah Sulawesi Selatan juga masih ada sisa peninggalan harta karun Jenderal Yamashita.
Adalah wilayah sekitar bekas pangkalan udara Jepang yang ada di daerah Malimpung, Kecamatan Patampanua, kabupaten Pinrang.
Pangkalan udara dengan kode ICAO WAAG ini yang masih terdaftar di situs World-Airport-Codes.com merupakan salah satu pangkalan udara militer Jepang pada masa perang dunia kedua.
BACA JUGA:Cara Mudah Dapat Saldo DANA Gratis 2025 Lewat Aplikasi, Sambil Duduk Santai Uang Masuk
Letaknya yang strategis menjadikan pangkalan udara ini disebut sebagai salah satu titik tempat menampung emas timbunan Jenderal Yamashita, karena letaknya nyaris di tengah Indonesia, jarak Utara-Selatan atau Timur-Barat jaraknya hampir sama.
Salah satu area yang sempat menjadi buah bibir masyarakat setempat adalah adanya terowongan yang menghubungkan pangkalan dengan gunung Paleteang.
Rumor yang sempat beredar juga mengatakan, salah satu alasan pendirian kantor konsulat Jepang di Makassar adalah untuk mengawasi wilayah tersebut. Berdasarkan cerita warga sekitar, sekitar tahun 80-an, ada utusan dari konsulat Jepang yang rutin mendatangi wilayah itu.
Sheila Silvina
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


