Makna Bijak dari Prosesi Tabut Tebuang, Semuanya akan Sirna

BENGKULU, RBTVDISWAY.ID – Tabut Tebuang merupakan prosesi terakhir dari rangkaian Tabut tahun 2025 ini. Bukan hanya tahun ini, setiap pelaksaan Tabut memang selalu diakhiri dengan Tabut Tebuang. 

Minggu siang (6/7) prosesi Tabut Tebuang digelar. Dimulai dari arak-arakan tabut melewati Jalan S. Parman hingga Jalan Suprapto dan akhirnya dibawa menuju Padang Karbala di Kelurahan Padang Jati, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu.

Padang Karbala ini namanya sama dengan tempat makamnya Husein bin Ali cucu Nabi Muhammad SAW.

BACA JUGA:Peristiwa Langka Terjadi saat Tabut Tebuang Minggu Siang

Apa makna dari Tabut Tebuang? Ternyata prosesi ini mengandung makna yang sangat mendalam. Makna dari prosesi Tabut Tebuang ini dijelaskan langsung oleh Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), Ir. Achmad Syafril Syahboedin.

Dijelaskan Syafril, makna dari "Tebuang" dalam Tabut Tebuang bukanlah sekadar membuang sesuatu. 

“Perlu saya ulas lagi, Tabut Tebuang bukan tabut dibuang. Tebuang ini sebenarnya tidak ingin dibuang, tapi harus dilakukan. Karena tidak ada yang abadi di dunia ini, semua akan mati dan akan sirna,” jelasnya penuh makna.

BACA JUGA:Bengkulu Tengah Membara, 5 Unit Rumah Terbakar

Filosofi utama dari ritual ini adalah belajar ikhlas melepaskan sesuatu yang kita cintai, termasuk keindahan dan kebanggaan akan simbol-simbol budaya itu sendiri.

“Bisa jadi ada kesombongan, yang cantik, yang indah. Itu jangan sampai terjadi. Seperti Tabut ini, kan indah, sayang untuk dibuang. Jadi, untuk dinyatakan agar tidak jadi sombong, itu harus 'tebuang', bukan 'dibuang'. Itulah filosofi dari Tabut Tebuang di Bengkulu ini,” papar Syafril.

BACA JUGA:Cara Mudah dan Efektif Daftar Bimbel PPG 2025 agar Persiapan Lebih Ringan dan Lulus Tepat Waktu

Perubahan zaman juga mempengaruhi pelaksanaan ritual ini. Dahulu, terdapat genangan air khusus di Padang Kerbala untuk prosesi Tabut Tebuang, namun kini genangan air itu tidak ada lagi.

Sumber: