Iklan RBTV

Dipayungi Pandito Mbangun Teki, Weton Ini Terkenal dengan ‘Gelem Nuturi Wong Tapi Gak Gelem Dituturi’

Dipayungi Pandito Mbangun Teki, Weton Ini Terkenal dengan ‘Gelem Nuturi Wong Tapi Gak Gelem Dituturi’

Ramalan weton--

NASIONAL, RBTV.DISWAY.ID – Dalam tradisi Jawa, weton bukan sekadar penanda hari lahir, tetapi menjadi bagian penting dalam memahami karakter, keberuntungan, hingga kecocokan jodoh seseorang. 

Salah satu weton yang cukup menarik perhatian adalah mereka yang memiliki neptu 10. 

BACA JUGA:Dunia Gempar!! Gurun Pasir Mendadak Putih, Tanah Arab Hujan Salju, Apakah Pertanda Kiamat Sudah Dekat?

Pemilik weton ini kerap digambarkan sebagai pribadi yang cerdas, tegas, dan punya pendirian kuat. 
Ungkapan Jawa “gelem nuturi wong tapi ora gelem dituturi” sering kali disematkan yang berarti mereka pandai memberi saran, namun sulit menerima nasihat dari orang lain. 

Meski begitu, bukan berarti mereka mudah tersinggung namunjustru sebaliknya, mereka mampu bersikap dewasa dan bijak dalam pergaulan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, weton merupakan gabungan antara hari lahir dan pasaran Jawa, yaitu Legi, Pahing, Kliwon, Pon, dan Wage. 

BACA JUGA:Pulang Pendidikan di Singapura, Walikota Bengkulu Siapkan Aplikasi Terintegrasi Semua Layanan

Sistem ini berasal dari warisan budaya masyarakat Jawa yang memadukan unsur kalender Islam dan Hindu. 
Keunikan inilah yang membuat penanggalan Jawa tetap bertahan hingga kini, terutama di wilayah-wilayah yang masih memegang erat ajaran leluhur.

Kata “weton” sendiri berakar dari bahasa Jawa “wetu” yang berarti keluar atau lahir. Penambahan akhiran “-an” mengubahnya menjadi kata benda yang merujuk pada momen seseorang terlahir ke dunia, disertai hari pasaran yang menyertainya. 

Karena maknanya sangat terkait dengan kelahiran, tidak heran jika weton sering dijadikan pedoman untuk membaca perjalanan hidup seseorang.

BACA JUGA:Rekomendasi SMP Terbaik di Bandung, Swasta dan Negeri, Cek juga Biaya Pendidikannya

Dalam budaya Jawa, terutama pada masyarakat pedesaan, weton memegang peranan penting dalam menentukan jodoh. 

Orang tua pada zaman dahulu sangat teliti menghitung kecocokan weton calon pasangan anaknya. 
Hasil hitungan ini diyakini mampu menunjukkan apakah hubungan keduanya akan membawa keberuntungan atau justru kesialan. 

Jika hitungan menunjukkan kecocokan, proses lamaran biasanya dilanjutkan. Sebaliknya, jika hasilnya kurang baik, perjodohan bisa saja dibatalkan demi menjaga keharmonisan masa depan rumah tangga.
Kepercayaan tersebut tidak terlepas dari tradisi dinamisme dan animisme yang dianut masyarakat Jawa. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait