Iklan RBTV Dalam Berita

Heboh Lockdown September 2023 karena Pandemi 2.0, Apa Benar? Ini Penjelasannya

Heboh Lockdown September 2023 karena Pandemi 2.0, Apa Benar? Ini Penjelasannya

Beredar kabar lockdown, seperti apa kebenarannya?--

“Setelah ditemukan ternyata orang yang terkena virus corona ini berhubungan dengan dua orang. Seorang ibu yang umurnya 64 dan putrinya yang berumur 31 tahun dicek oleh tim kita ternyata pada posisi yang sakit," sambungnya.

 

Ini Tanggapan IDI

 

Cuitan salah seorang dokter soal Pandemi 2.0 dan lockdown di bulan ini sontak ramai jadi perbincangan dan mendapat tanggapan dari Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Adib Khumaidi.

Menurut Ketua IDI, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.

“Saya kira dasar di dalam kita menyikapi terhadap problema kesehatan itu tentunya dasar yang berdasarkan evidence base. Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks umpamanya informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah," ujar Adib.

BACA JUGA:Paling Cepat Cair, Ini Rekomendasi 8 Aplikasi Penghasil Saldo DANA Gratis untuk Kamu

Adib pun mengimbau masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya. Jangan langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk lockdownSeptember 2023 akibat Pandemi 2.0.

“Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis," katanya.

“Kalau informasi personal yang belum ada frame ilmiahnya, kami tentunya tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar," katanya.

BACA JUGA:Begini Cara Mudah Dapat Saldo Gratis Rp 200 Ribu, Cair ke DANA Tanpa Modal

Dilanjutkan Adib bahwa selama ini, pandemi COVID-19 memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak termakan hoaks.

BACA JUGA:Modal e-KTP, Ini Cara Pinjam Saldo DANA di Aplikasi Dompet Digital DANA Premium Langsung Masuk Rekening

“Jangan mudah termakan hoaks, jangan mudah termakan dengan isu-isu teori konspirasi dan sebagainya. Kita sudah banyak belajar dari pandemi maka cari lah referensi yang itu memang jadi referensi terpercaya," katanya. IDI pun menekankan bahwa pendapat ini bukan berasal darii IDI. "Bukan (dari IDI), itu pendapat personal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: