Iklan dempo dalam berita

Sejarah Tradisi Amplop Undangan Pernikahan, Dulunya Simbol Gotong Royong Sekarang Transaksi Untung Rugi

Sejarah Tradisi Amplop Undangan Pernikahan, Dulunya Simbol Gotong Royong Sekarang Transaksi Untung Rugi

Awal mula tradisi amplop pernikahan di Indonesia--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Semua kita pasti mengenal amplop undangan pernikahan. Saat menghadiri sebuah pesta pernikahan, kita menyiapkan amplop untuk ditinggalkan pada tuan rumah. 

Lalu sebenarnya budaya amplop itu awalnya bagaimana ya? Apa iya kita wajib membawa amplop saat kondangan? Berikut kami ulas.

Tradisi nyumbang adalah kebiasaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang dan dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bagi suku Jawa, saat ada tetangga yang punya hajat maka orang berbondong-bondong datang membawa beraneka bahan makanan seperti beras, gula, telur, mie instan, hingga hasil kebun. 

BACA JUGA:Gunakan Gading Gajah Haram Apa Dibolehkan, Ini Penjelasan Hukumnya Menurut 4 Madzhab

Apa yang dibawa ini kemudian akan dicatat oleh juru catat, lalu mereka akan membawa pulang ‘berkat’ atau bingkisan makanan. Seiring waktu, tradisi nyumbang ini digantikan dengan budaya ‘ngamplop’. 

Tak perlu lagi membawa bahan makanan yang berat, cukup uang dalam amplop yang bisa dikantongi. Tapi untuk beberapa daerah pedesaan, tradisi nyumbang masih umum dilakukan. 

Awalnya nyumbang adalah sebuah ciri khas kehidupan yang guyup dan rukun dalam masyarakat. Rasa peduli yang besar membuat masyarakat ingin ikut serta memikul beban ataupun bahagia orang lain. 

Jadi saat seorang tetangga punya hajat, pasti banyak uang yang dibutuhkan. Tak hanya materi, mereka juga pasti butuh dukungan tenaga dan pikiran. Dalam bentuk tenaga, tetangga-tetangga yang dekat pun berdatangan untuk membantu persiapan hajatan. Dalam bentuk materi, gotong royong dan saling membantu itu terwujud dalam tradisi nyumbang.

BACA JUGA:Cairkan PayLater Akulaku ke OVO, Emang Bisa? Cek Selengkapnya di Sini

Amplop sebenarnya bukan keharusan, namun tradisi ini sudah menjadi semacam kebiasaan. Kotak sumbangan akan berdiri paling depan di setiap resepsi pernikahan

Jumlah uang untuk ngamplop juga beragam. Biasanya disesuaikan dengan kebiasaan daerah dan tingkat kedekatan dengan si pemilik hajat. Bila teman lumayan dekat, nominalnya pasti lebih tinggi daripada teman yang biasa saja. Meski awalnya filosofi nyumbang sangat mulia dan sama sekali tidak memaksa, kini trandisi nyumbang modern alias ngamplop seolah menjelma jadi keharusan.

Saat menghadiri resepsi, kamu pasti akan menemukan kotak sumbangan di depan pintu sebelum masuk ruangan. Terkadang ada dua kotak dengan tulisan ‘orang tua’ dan ‘mempelai’ untuk alamat pemberian undangan. Datang ke resepsi dengan tangan kosong akan menimbulkan rasa tak enak. Atau yang orang jawa sebut dengan ‘pekiwuh’.

Saat ini seolah jadi kesepakatan tak tertulis, si pemilik hajat harus mengembalikan di lain kesempatan. Karena itulah setiap amplop biasanya punya nama.

BACA JUGA:Jangan Pernah Meragukan Rezeki, Seperti Kisah Berikut yang Tidak Tahu Arti Dibalik Rezeki

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: