Iklan RBTV Dalam Berita

Kisah Jenderal Pendeta DI Panjaitan, Hadapi Pasukan Tjakrabirawa Tanpa Senjata, Hanya Berdoa

Kisah Jenderal Pendeta DI Panjaitan, Hadapi Pasukan Tjakrabirawa Tanpa Senjata, Hanya Berdoa

Jenderal DI Panjaitan yang juga menjadi korban keganasan G 30 S PKI--

Terbunuh Sedang Berdoa

Berdasarkan cerita istri DI Panjaitan, Marieke Tambunan, suami tercintanya terbunuh dengan sadis saat sedang berdoa. Ceritanya, dini hari tanggal 1 Oktober 1965, keluarga Panjaitan dikejutkan dengan datangnya satu peleton tentara bersenjata mengepung kediaman mereka. Sebelum mendobrak pintu rumah utama, pasukan Pasopati Tjakrabirawa terlebih dulu menembak Albert dan Viktor Naiborhu, dua famili yang berusaha memberi perlawanan.

Seperti mendapat firasat buruk, Panjaitan mempersiapkan diri untuk menghadapi Tjakrabirawa tanpa banyak bicara. Saat namanya dipanggil, Albert (yang sedang sekarat) berusaha mencegah Panjaitan turun. Akhirnya setelah memakai sepatu dan kaos kaki, ia turun dari kamarnya di lantai atas. 

Panjaitan menghadapi Tjakrabirawa tanpa membawa senjata. Ia hanya melipat tangannya dan berdoa. Seolah tanpa hati, pasukan-pasukan tersebut memukul kepala DI Panjaitan. Tubuhnya juga diberondong puluhan peluru. Darah merah pun mengucur dari kepala, dada, dan sekujur tubuhnya. Badan tak berdaya tersebut kemudian diseret naik ke truk, menyisakan bekas seretan darah di sepanjang lantai dan depan rumah.

BACA JUGA:Tidak Bisa Daftar di RT/RW, Ini Ciri Penipuan Berkedok Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 62

Dalam film G30S PKI, kita mungkin melihat adegan putri sulung Panjaitan, Catherine, mengusapkan darah ayahnya ke wajah. Berdasarkan kesaksian Marieke, kejadian ini bukan rekaan semata, melainkan kisah nyata. Hingga saat ini, Catherine Panjaitan (yang saat G30S PKI masih berusia 18 tahun) masih trauma jika mengingat pembunuhan ayahnya.

Saat meninggal dunia, Jenderal DI Panjaitan meninggalkan 6 anak yang masih sangat muda. Rumah DI Panjaitan sekarang sudah tidak ditinggali dan dialihfungsikan menjadi museum. Saat pengambilan film G30S PKI, adegan penculikan Panjaitan diambil langsung di rumah asli keluarganya.

BACA JUGA:5 Kode Voucher Shopee Hari Ini 28 September, Banjir Diskon Sampai Rp 100.000, Cepat Ambil

Bongkar Pengiriman Senjata

DI Pandjaitan merupakan salah satu target utama dalam G30S PKI. Ia masuk sebagai salah satu target untuk dibunuh karena telah berhasil membongkar rahasia pengiriman atau penyelendupan senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk PKI. Senjata di masukan kedalam peti-peti bahan bangunan. Rencananya senjata-senjata ini akan digunakan untuk melakukan pemberontakan.

Banyak keinginan PKI yang ditentang oleh para perwira militer yang sekarang menjadi pahlawan revolusi Indonesia ini. Dan akhirnya pada tanggal 1 Oktober 1965, antek-antek PKI masuk rumah Pandjaitan secara paksa dan menembak pembantu yang berada di lantai dasar.

Mendengar suara tembakan, Pandjaitan turun kebawah dari lantai dua rumahnya dan mencoba melarikan diri. Namun usahanya gagal, Ia di tembak mati dan mayatnya di masukan kedalam truk untuk di bawa ke Lubang Buaya.

Dikutip dari berbagai sumber, Catherine Pandjaitan yang merupakan putri dari DI Pandjaitan menjadi saksi mata peristiwa dramatis yang menakutkan tersebut.

BACA JUGA:Kepala Desa Tidak Boleh Daftar Kartu Prakerja, Bagaimana dengan Perangkat Desa?

“Saya melihat kepala Papi ditembak dua kali,” Catherine mengisahkan. “Dengan air mata meleleh, saya berteriak, "Papi..., Papi...." Saya ambil darah Papi, saya usapkan ke wajah turun sampai ke dada.” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: