Mitos Janur Kuning, Benarkah Jika Tidak Layu Pengantin Masih Perjaka dan Perawan
Mitos pada janur kuning, benarkah jika tidak layu pengantinnya masih perjaka dan perawan?--
BACA JUGA:Kisah Siluman Buaya Putih dan Datuk Banjir, Asal Sebutan Lubang Buaya Saksi Tragedi G30S PKI
Janur kuning biasanya dirangkai menjadi untaian menjulang ke atas menyerupai umbul-umbul, tetapi belakangan janur kuning dikreasikan menjadi aneka bentuk rangkaian, seperti bunga tangan, pembungkus makanan, dan perhiasan.
Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan yang ada Indonesia membawa masyarakat memanfaatkan janur untuk berbagai keperluan dan fungsi.
Bunga tangan, perhiasan, perangkat keperluan kuliner, ritual tradisi, ritual keagamaan, hingga elemen estetika dekoratif yang indah merupakan sedikit dari sekian banyak fungsi janur kuning. Simbolisasi pemakaian janur kuning ini telah tercatat semenjak berabad silam, terutama pada suku Jawa, Bali, dan Sunda.
BACA JUGA:Demi Cinta Arthur Datang ke Indonesia dan Menjadi Mualaf, Namun Sayang Semuanya Hancur Dalam Sekejap
Lipatan daun kelapa muda ini lazimnya digunakan sebagai penghias sekaligus penanda sebuah ritual, perayaan, hajatan, atau perhelatan besar. Jika kamu tinggal di Jawa, Bali, atau Sunda, janur kuning tentu bisa dengan mudah ditemukan, terutama saat ada perayaan tertentu.
Ini Asal Kata Janur
Kata 'janur' berasal dari bahasa Arab yang berarti cahaya dari surga, sedangkan kata kuning diambil dari bahasa Jawa yang berarti suci. Beberapa masyarakat Jawa bahkan mengartikan janur kuning sebagai 'sejatining nur', yang berarti cahaya sejati.
Secara garis besar, janur memiliki makna bahwa sejatinya manusia membutuhkan cahaya dari Tuhan untuk dapat melihat jelas hal yang baik dan buruk. Tak hanya itu, dalam tradisi Jawa, janur juga dianggap sebagai simbol kebahagiaan.
BACA JUGA:BMKG Sebut Kemarau Panjang Sampai Awal 2024, 7 Daerah Ini Terancam Panas Kering
Simbol kebahagiaan janur ini dibentuk menjadi beragam bentuk dan fungsi. Sebut saja bentuk bulat atau semacam bokor dan umbul-umbul yang berfungsi sebagai penanda atau petunjuk.
Kemudian, ada pula janur yang dirangkai menjadi kembar mayang, yaitu sepasang hiasan dekoratif yang dipajang di pelaminan. Dalam upacara perkawinan adat Jawa, kembar mayang digunakan sejak prosesi midodareni hingga prosesi panggih.
Hiasan dekoratif ini pun menjadi simbol penyatuan dua individu dalam kehidupan rumah tangga. Sementara warna keputih-putihan pada janur merupakan simbol doa agar cinta dan kasih sayang di antara mempelai senantiasa selalu muda.
Ada juga yang membentuk janur kuning dengan teknik gembung, yakni teknik baru yang mengkreasikan bentuk janur lebih besar di bagian bawah, yang makin ke atas semakin mengecil. Teknik tersebut merupakan simbolisasi penyembahan diri terhadap Tuhan.
BACA JUGA:Murah Meriah, HP Realme C30 Mulai Rp 1 Jutaan Miliki Keunggulan Baterai 6000 mAh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: