Jual Beli Bitcoin Halal atau Haram? Jangan Salah Paham, Begini Jawabannya
Pandangan Islam, jual beli bitcoin halal atau haram?--
BACA JUGA:Biaya Admin KUR Mandiri 2024, Simak Cicilan Pinjaman Rp 50 Juta yang Bisa Dibayar Sampai 5 Tahun
MUI menyatakan bahwa cryptocurrency haram sebagai alat pembayaran dan dalam jual-beli yang tidak memiliki wujud fisik atau underlying yang jelas.
Namun, dalam aturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) di bawah Kementerian Perdagangan, cryptocurrency dapat dianggap halal jika memiliki wujud fisik atau underlying yang jelas, yang bisa berupa proyek atau komunitas yang kuat untuk menopang volatilitas harga pasar suatu aset crypto.
Fatwa yang dikeluarkan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyatakan bahwa penggunaan cryptocurrency yang dijamin dengan kriptografi dianggap haram.
BACA JUGA:DP Mobil Toyota Rush 2024 Rp20 Juta Tenor 5 Tahun Serta Keunggulan dan Cicilan Bulanannya
Fatwa ini dikeluarkan dalam diskusi atau bahtsul masail pada 24 Oktober 2021. Alasan crypto dianggap haram adalah karena penggunaannya dalam transaksi dianggap memiliki kemungkinan yang dapat menghilangkan legalitas transaksi, terutama berkaitan dengan risiko penipuan.
Pendapat dari Islamic Law Firm (ILF) yang dipimpin oleh Yenny Wahid berbeda dengan fatwa PWNU Jawa Timur.
Melalui Bahtsul Masail, ILF menyatakan bahwa aset crypto dapat dianggap sebagai kekayaan (mal) yang sah dipertukarkan, selama tidak ada ketidakpastian (gharar) dalam transaksi tersebut.
Walaupun begitu, persepsi tentang ketidakpastian masih kontroversial, dan ILF mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang ketat guna menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan transaksi crypto.
BACA JUGA:Begini Penjelasan Serta Cara dan Niat Mengqhodo Shalat Magrib di Waktu Isya
Regulasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) menyatakan bahwa aset crypto yang diperdagangkan harus memenuhi beberapa syarat, seperti berbasis teknologi distributed ledger, berupa Aset Kripto utilitas atau Aset Kripto beragun aset, dan memiliki nilai kapitalisasi pasar yang masuk ke dalam peringkat 500 besar kapitalisasi pasar Aset Kripto.
Selain itu, aset crypto juga harus melewati uji penilaian risiko, termasuk risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta proliferasi senjata pemusnah massal.
Aset crypto juga harus melalui penilaian Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk profil tim pengembang, rekam jejak anggota tim pengembang, white paper, dan roadmap bisnis yang dapat diverifikasi.
BACA JUGA:Simulasi Cicilan Toyota Raize 2024 DP Rp50 Jutaan Bisa dengan Skema Berjenjang
Crypto, ketika dianggap sebagai mata uang, telah dinyatakan haram oleh fatwa MUI. Meskipun demikian, para ahli mengemukakan bahwa status hukum Crypto dapat berubah menjadi halal dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: