Bukan Sirine Atau Beduk, Negara Ini Gunakan Tembakan Meriam Saat Memasuki Waktu Berbuka Puasa
Bukan Sirine Atau Beduk, Negara Ini Gunakan Tembakan Meriam Saat Memasuki Waktu Berbuka Puasa--foto:ist
Meriam-meriam tersebut dirawat dan dijaga polisi. Beberapa hari sebelum Ramadhan, meriam tersebut dikirim ke gunung. Sementara ketika Ramah dan usai maka meriam tersebut dikembalikan ke tempat perawatan.
“Setelah Idul Fitri, meriam dikembalikan ke departemen khusus,” Al-Maimani seperti diberitakan Arab News.
Di Madinah juga demikian. Kota yang dulu bernama Yatsrib itu kini memiliki dua meriam.
Satu meriam ada di gunung Salaa dan satunya lagi ditempatkan di atas bukit di luar benteng Quba. Akan tetapi, tahun ini tidak ada tradisi penembakan meriam di Madinah malfungsi operasional dan kendala teknis lainnya.
BACA JUGA:Kejadiannya Bulan Puasa, Oknum Guru ini Diduga Gagahi Muridnya di Kebun Jagung
Namun demikian, otoritas terkait akan menghidupkan tradisi penembakan meriam pada tahun depan.
Negara-negara Arab memiliki akar tradisi penembakan meriam yang cukup kuat. Jika ditelusuri, tradisi tersebut mulai ada sejak abad ke-15 atau pada era Dinasti Mamluk.
Tradisi penembakan meriam dilakukan dua kali pada hari-hari bulan Ramadhan.
Pertama, pada waktu salat Magrib sebagai tanda puasa telah usai atau saatnya buka puasa.
Kedua, pada saat salat Subuh atau tanda dimulainya puasa hari itu.
BACA JUGA:Adab Oki Setiana Dewi Tuai Cibiran saat Buka Puasa Bersama Keluarga, Warganet: Padahal Ustadzah
Ada banyak versi tentang asal usul tradisi meriam ini.
Pertama, ketika sultan Mamluk di Kairo ingin menguji salah satu meriam barunya, dan eksperimen itu bertepatan dengan waktu Maghrib.
Penduduk mengira sultan telah menembakkan meriam untuk memberitahu mereka bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.
Melihat rakyatnya gembira dengan ‘inovasi’ tersebut, sultan memutuskan untuk melakukannya setiap hari selama bulan Ramadhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: