Indonesia akan Memiliki Pabrik Harta Karun Lithium Raksasa di Sulawesi, Kapasitas Hingga 60 Ribu Ton
Indonesia akan Memiliki Pabrik Lithium Raksasa di Sulawesi, Kapasitas Hingga 60 Ribu Ton--Foto: ist
Tentu saja hal ini menjadi salah satu keuntungan paling besar yang dimiliki oleh baterai li-ion. Baterai ini dapat menangani ratusan kali siklus pengisian daya. Beberapa baterai li-ion kehilangan kapasitas mereka setelah 1000 siklus pengisian, sedangkan baterai li-ion yang lebih modern masih memiliki kapasitas yang lebih baik bahkan setelah 5000 kali pengisian.
Meskipun battery lithium memiliki banyak manfaat, mereka juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Beberapa dampak lingkungan dari battery lithium adalah:
BACA JUGA:Produksi Tambang Bauksit Pulau Bintan Capai 3.835.500 Ton, Ini Daerah Penghasilnya
1. Penambangan Bahan Baku
Untuk memproduksi battery lithium, bahan baku seperti lithium, nikel, dan kobalt harus ditambang. Proses penambangan ini dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Penambangan lithium sering melibatkan penebangan hutan dan polusi air, sementara penambangan nikel dan kobalt dapat menyebabkan kerusakan lahan dan pencemaran limbah.
2. Emisi Karbon
Proses produksi battery lithium juga menghasilkan emisi karbon yang signifikan. Langkah-langkah seperti ekstraksi bahan baku, produksi kimia, dan transportasi semua memerlukan konsumsi energi fosil.
Emisi karbon yang dihasilkan oleh produksi battery lithium dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya.
BACA JUGA:Daftar Tambang Bauksit Terbesar di Indonesia, Punya Cadangan 144,5 Juta Ton
3. Pengelolaan Limbah
Battery lithium memerlukan pengelolaan limbah yang tepat setelah masa pakainya berakhir. Limbah battery lithium mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan benar. Pada saat yang sama, daur ulang battery lithium masih merupakan tantangan yang kompleks dan mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: