Iklan RBTV Dalam Berita

Penasaran dari Mana Emas Monas Berasal? Ternyata yang Nyumbang Keturunan Bangsawan! Berikut Faktanya

Penasaran dari Mana Emas Monas Berasal? Ternyata yang Nyumbang Keturunan Bangsawan! Berikut Faktanya

Dari Mana Emas Monas Berasal? --

Bagi Presiden Soekarno, yang berambisi membangun Monas sebagai lambang kebanggaan dan martabat bangsa di mata dunia, sumbangan emas ini sangat berarti.

Sumbangan Teuku Markam tidak hanya berhenti di Monas. Dia juga berperan penting dalam mendukung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika yang bersejarah di Bandung. 

BACA JUGA:Ini 7 Kewajiban Debitur KPR Subsidi, Wajib Huni Maksimal 1 Tahun Setelah Akad, Jika Tidak Ini Akibatnya

Konferensi ini menjadi titik penting dalam sejarah diplomasi Indonesia dan Asia-Afrika, dan Markam berkontribusi besar dengan memberikan dana untuk mendukung pelaksanaannya. 

Keberanian dan kedermawanannya ini menunjukkan dedikasinya tidak hanya untuk kemajuan bisnis, tetapi juga untuk pembangunan bangsa.

BACA JUGA:Beasiswa LPDP 2024 Tahap 2 Sudah Dibuka, Simak Langkah-langkah Pendaftaran dan Jadwalnya di Sini

Jatuhnya Orde Lama dan Kesulitan yang Mengikuti

Namun, kisah Teuku Markam tidak berakhir dengan keberhasilan dan sumbangan emasnya. Ketika pemerintahan Orde Lama runtuh dan digantikan oleh Orde Baru, nasib Teuku Markam berubah drastis. 

Ia dituduh terlibat dalam Gerakan 30 September (G30S/PKI) yang kontroversial dan dicurigai sebagai seorang koruptor serta pendukung setia Soekarno. 

Tuduhan ini membuatnya ditangkap dan dijebloskan ke penjara tanpa melalui proses pengadilan yang adil.

Teuku Markam harus menjalani kehidupan yang sulit di balik jeruji besi. Selama hukuman, ia dipindahkan beberapa kali dari satu penjara ke penjara lainnya. 

BACA JUGA:Calon Debitur Perlu Tahu, Ini yang Harus Ditanyakan Saat Akad Kredit Rumah di Bank

Pada tahun 1972, kesehatan Markam memburuk dan ia dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, di mana ia dirawat selama dua tahun. 

Setelah menjalani perawatan medis, ia akhirnya dibebaskan pada tahun 1974, namun tanpa ada pengakuan atau kompensasi dari pemerintah atas penderitaan dan kerugian yang dialaminya selama ini.

Pada tanggal 14 Agustus 1966, seluruh aset Teuku Markam diambil alih oleh pemerintahan Orde Baru. Aset-asetnya kemudian dikelola oleh PT PP Berdikari, sebuah perusahaan milik negara, di bawah pimpinan Suhardiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: