Iklan dempo dalam berita

Yuk Dipahami Lagi Kenapa Tanggal Idul Fitri sering Berbeda

Yuk Dipahami Lagi Kenapa Tanggal Idul Fitri sering Berbeda

Perbedaan kriteria perhitungan mengakibatkan perbedaan tanggal idul fitri--

BENGKULU, RBTVCAMKOHA.COM – Seringkali perayaan idul fitri di Indonesia berbeda tanggal antara ketetapan Muhammadiyah dan ketetapan pemerintah melalui Kementerian Agama.

Tidak perlu dipermasalahkan perbedaan ini, karena keduanya memiliki dasar perhitungan masing-masing. Termasuk idul fitir tahun ini diperkirakan juga akan berbeda.

Muhammadiyah sudah menetapkan idul fitri jatuh pada tanggal 21 April sedangkan pemerintah akan ditetapkan pada 20 April mendatang. Namun banyak yang memperkirakan, idul fitri versi pemerintah nanti pada 22 April.

Lalu kenapa sering terjadi perbedaan? Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan, perbedaan penetapan muncul karena perbedaan kriteria yang digunakan.

BACA JUGA:Pantas saja PPPK Menjadi Idaman, Gaji Bulanannya hingga Rp 6 Juta, Berikut Rincian Lengkap Gaji PPPK

Thomas mengungkapkan, Muhammadiyah menggunakan metode hisab (hitungan), sementara pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyat.

Rukyat atau aktivitas melihat penampakan hilal (Bulan sabit) sendiri dilakukan pada hari ke-29 dalam satu bulan di kalender Hijriah.

Menurut dia, rukyat terkadang gagal melihat hilal, sehingga satu bulan digenapkan menjadi 30 hari, dan puasa atau Idul Fitri ditetapkan pada hari berikutnya.

Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama ini menegaskan, bulan pada kalender Hijriah selalu terdiri dari 29 hari atau 30 hari.

BACA JUGA:Info Terbaru Jadwal Pencairan BPNT Tahap Kedua, Berikut Perkiraan Tanggal Cair

“Karena rata-ratanya siklus sinodis atau Bulan baru ke Bulan baru berikutnya 29,53 hari,” terang Thomas.

Dia melanjutkan, pengamal rukyat perlu kriteria agar saat melakukan pengamatan tidak keliru. Sebab, hilal sangat tipis dan redup, serta dihadapkan dengan cahaya senja yang masih terang.

Begitu pula pengamal hisab, perlu kriteria agar angka-angka hasil perhitungan bisa dimaknai dalam menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah.

“Hal pokok yang dilakukan pengamal rukyat dan pengamal hisab adalah menentukan batas minimal keberadaan hilal sebagai penanda awal bulan,” jelas Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: