Viral WNI Disekap Selama 2 Minggu di Myanmar dan Mendapat Perlakuan Kasar, Makan hanya Sehari Sekali
Warna Negara Indonesia disekap di Myanmar--
Keadaan ini jelas mengancam kesehatan dan keselamatan mereka, terlebih lagi mereka berada di wilayah yang jauh dari jangkauan keluarga dan pemerintah Indonesia.
Dugaan Korban Perdagangan Manusia
Dari pengakuan para korban, kuat dugaan bahwa mereka adalah korban perdagangan manusia. Para WNI tersebut awalnya dijanjikan pekerjaan dengan penghasilan yang menggiurkan, yakni puluhan juta rupiah per bulan. Tawaran ini datang dari oknum-oknum yang menawarkan pekerjaan di luar negeri, khususnya di Myanmar.
Modus ini sering kali digunakan oleh sindikat perdagangan manusia untuk menjerat korbannya, dengan menjanjikan pekerjaan dengan gaji besar, namun pada akhirnya mereka dipaksa bekerja di bawah tekanan, dalam kondisi yang tidak manusiawi.
BACA JUGA:7 Jenis Ban Motor Matic untuk Harian, Bisa di Aspal Basah Maupun Kering
Salah satu orang tua korban, Endang Solihin, yang merupakan ayah dari Asep Muchsin Alatas, mengungkapkan bahwa anaknya awalnya berangkat ke Myanmar karena diajak oleh temannya yang sudah lebih dahulu bekerja di sana.
Anak Endang dijanjikan penghasilan sebesar Rp12-13 juta per bulan, yang tentu saja membuatnya tertarik untuk mencoba peruntungan di luar negeri.
Namun, setelah beberapa bulan bekerja, Endang mendapatkan kabar dari anaknya bahwa ia bersama rekan-rekannya disekap di Myanmar dan tidak bisa keluar dari tempat penampungan mereka.
"Saya tidak mengetahui apa pekerjaannya, namun sudah empat bulan bekerja, ia memberikan informasi bahwa dirinya disekap bersama rekannya. Kondisinya sangat memprihatinkan, dan kami sangat khawatir," kata Endang.
BACA JUGA:Baru! OLI PCX2 Seharga Rp 30 Ribu Bukan Palsu
Koordinasi dengan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI)
Setelah mengetahui kondisi anak mereka yang disekap di Myanmar, pihak keluarga korban segera melakukan langkah untuk mencari bantuan.
Mereka mulai berkoordinasi dengan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) cabang Sukabumi untuk mempercepat upaya evakuasi dan pemulangan para korban.
SBMI selama ini dikenal aktif membantu buruh migran Indonesia yang mengalami masalah di luar negeri, termasuk kasus-kasus perdagangan manusia.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang SBMI Sukabumi, Jejen Nurjanah, mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang diterima, ada tujuh orang warga Sukabumi yang terlibat dalam kejadian penyekapan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: