Belum Ada Alat Canggih, Beginilah Cara Kuno Orang Zaman Dahulu Memprediksi Cuaca
Cara dan metode kuno orang zaman dulu memprediksi cuaca--
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Belum secanggih zaman sekarang! beginilah cara kuno zaman dahulu memprediksi cuaca.
Pada zaman modern ini, kita sudah terbiasa mendapatkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). |
Dengan teknologi canggih seperti radar cuaca dan pendeteksi petir, prakirawan cuaca bisa memprediksi apakah besok akan hujan, panas, atau berawan. |
Namun, pernahkah kamu berpikir, bagaimana orang-orang di zaman dahulu, sebelum adanya teknologi ini, memprediksi cuaca?
BACA JUGA:Apa Metode dan Cara BMKG Memprediksi Prakiraan Cuaca, Ini Jawabannya Biar Tidak Penasaran
Ternyata, jauh sebelum adanya alat-alat canggih, orang zaman dahulu sudah memiliki cara tersendiri untuk memprediksi cuaca.
Mereka menggunakan pengetahuan astronomi, mengamati awan, hingga memerhatikan perilaku hewan.
Metode-metode kuno ini mungkin tidak seakurat prakiraan cuaca modern, namun tetap menjadi panduan penting bagi masyarakat saat itu. Yuk, kita simak lebih lanjut bagaimana mereka melakukannya!
BACA JUGA:Prakiraan Jadwal Awal Musim Hujan di Jawa Timur, BMKG Sebut Ada yang Awal Tahun 2025
Membaca Langit dan Bintang
Pada peradaban awal, salah satu cara yang paling umum digunakan untuk memprediksi cuaca adalah dengan membaca langit dan bintang.
Orang-orang Babilonia, misalnya, sekitar tahun 650 Sebelum Masehi (SM), menggunakan pengamatan astronomis untuk memprediksi cuaca jangka pendek.
Mereka memperhatikan posisi bintang, planet, dan fenomena optik seperti halo matahari untuk menentukan apakah cuaca akan berubah.
BACA JUGA:Bagiamana Cuaca Besok? Begini Cara Cek Prakiraan Cuaca Setiap Hari di Aplikasi BMKG, Mudah
Penampakan awan dan pola tertentu di langit menjadi pedoman bagi mereka untuk memperkirakan apakah hari itu akan turun hujan atau tetap cerah.
Tak hanya itu, filsuf Yunani terkenal Aristoteles juga berkontribusi dalam ilmu cuaca kuno. Pada tahun 340 SM, ia menulis buku berjudul Meteorologica, yang menjadi panduan utama dalam memprediksi cuaca selama hampir 2000 tahun!
Dalam buku ini, Aristoteles menjelaskan teori-teori tentang cuaca dan iklim, beberapa di antaranya, seperti siklus hidrologi, bahkan terbukti benar.
Namun, banyak juga yang tidak akurat, karena pada zaman itu, teknologi dan pemahaman ilmiah masih sangat terbatas.
BACA JUGA:Prakiraan Puncak Musim Hujan di Kabupaten Cilacap dari BMKG
Pepatah "Membaca Awan"
Selain bintang, masyarakat dahulu juga sering menggunakan pepatah atau peribahasa untuk membantu memprediksi cuaca.
Salah satu contoh yang populer di kalangan pelaut adalah pepatah Inggris, "Ekor kuda dan sisi makarel membuat kapal-kapal yang tinggi membawa layar rendah."
Maksudnya, awan berbentuk ekor kuda dan awan yang menyerupai sisik ikan makarel menandakan datangnya cuaca buruk, yang memaksa kapal-kapal untuk menurunkan layar mereka.
BACA JUGA:Prediksi Cuaca BMKG, Ini Wilayah di Jawa Tengah yang Jadwal Awal Musim Hujannya Mudur
Kini, kita tahu bahwa "ekor kuda" merujuk pada awan sirostratus, sedangkan "sisik makarel" adalah awan altokumulus.
Kedua jenis awan ini memang sering muncul sebelum datangnya front dingin, yang biasanya diikuti oleh badai besar.
Orang-orang zaman dahulu mungkin belum mengetahui secara ilmiah, tetapi mereka sudah mampu mengidentifikasi pola-pola ini sebagai tanda datangnya perubahan cuaca.
BACA JUGA:Ini Prakiraan Jadwal Musim Hujan di Jawa Barat, BMKG Imbau Waspada Bencana Hidrometeorologis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: