Iklan RBTV Dalam Berita

Siti Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia yang jadi Pahlawan Nasional

Siti Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia yang jadi Pahlawan Nasional

Mengenal sosok Siti Rohana Kudus--

Mengutip dari buku Khazanah Ulama Perempuan Nusantara karya Nur Hasan, pada usia 17 tahun, Ibu Rohana meninggal dunia. Rohana pun kembali ke kampung halamannya di Koto Gadang dan tinggal bersama neneknya.

BACA JUGA:Daftar Pahlawan Nasional Indonesia, Punya Gelar Berbeda

Pejuang Pendidikan Perempuan

Ketika berumur 24 tahun, Rohana Kudus menikah dengan Abdul Kudus Pamuncak Sutan. Di kampung halamannya, Rohana Kudus melihat kondisi anak-anak perempuannya tidak memiliki kemampuan baca tulis sebaik dia. Bahkan akses belajar pun tidak bisa mereka dapatkan.

Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimilikinya, pada tanggal 11 Februari 1911, Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus untuk perempuan di kampung halamannya. Sekolah ini bertujuan untuk memajukan kaum perempuan dalam berbagai bidang di Kota Gadang.

Di sekolah bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia (Sekolah KAS) itu, Rohana mengajarkan cara membaca, menulis, mengelola keuangan, budi pekerti, agama Islam, bahasa Belanda, menjahit, dan lain-lain.

BACA JUGA:Ramai Video Penggeledahan di Ruangan Stafsus Budi Arie, Kejagung Beberkan Faktanya

Dengan berbasiskan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, Sekolah KAS selanjutnya berkembang menjadi unit usaha ekonomi perempuan pertama di Minangkabau.

Sementara itu, dengan hobi membacanya, kebiasaan Rohana Kudus yang akrab dengan surat kabar dan majalah membentuk pribadi tersebut menjadi seorang jurnalis pula. Dia mengirimkan surat kepada Datuk Sutan Maharadja, seorang pimpinan redaksi di surat kabar Oetoesan Melajoe.

Rohana menyampaikan keinginannya untuk membuka kesempatan menulis bagi para perempuan. Gagasan tersebut membuatnya berhasil menerbitkan surat kabar perempuan pertama di Indonesia pada 10 Juli 1912.

BACA JUGA:PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk 8 Posisi, Ini Link Pendaftaran

Dalam surat kabar yang bernama Soenting Melajoe ini, Rohana dipercaya menjadi pimpinan redaksi oleh Datuk Sutan Maharadja. Tulisan-tulisan dalam surat kabar tersebut terkenal kritis dan progresif karena mampu menyuarakan isu-isu yang jarang terangkat di media.

Dikutip dari buku 100 Great Woman susunan Fenita Agustina dkk., diketahui banyak petinggi Belanda yang kagum dengan kemampuan dan kiprah Rohana. Berita perjuangannya pun ditulis di beberapa surat kabar sebagai perintis pendidikan perempuan Sumatera Barat.

Pada tanggal 17 Agustus 1972, Rohana Kudus meninggal dunia. Atas kiprahnya, dia pun sukses meraih penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia pada tahun 1974 dan mendapat pengukuran sebagai Perintis Pers Indonesia pada 1987.

BACA JUGA:Ingin Tahu Harta Kekayaan Calon Kepala Daerah? Begini Cara Cek di LHKPN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: