Iklan dempo dalam berita

Keistimewaan Tongkat Monyet dan Peci Hitam Bung Karno yang Bikin Penjajah Tertunduk

Keistimewaan Tongkat Monyet dan Peci Hitam Bung Karno yang Bikin Penjajah Tertunduk

Keistimewaan Tongkat Monyet dan Peci Hitam Bung Karno yang Bikin Penjajah Tertunduk --

 

Jimat lain yang dimiliki oleh Bung karno adalah batu merah delima. Batu merah ini diketahui hilang pada tahun 1963 saat beliau ke Jogyakarta.

Misteri hilangnya cincin merah delima karena di ambil pemilik aslinya yaitu Nyi Roro Kidul. Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul meminjamkan batu merah delimanya kepada Bung Karno agar bisa menjadi raja di kerajaan manusia Indonesia.

Akan tetapi, dengan terpaksa ratu Nyi Roro Kidul mengambilnya secara gaib karena kerajaannya di gempur oleh kerajaan gaib di sekitarnya.

Dengan diambilnya itu, Bung Karno akhirnya mudah dijatuhkan oleh lawan-lawan musuh terutama Soeharto. Itulah 6 benda pusaka sakti Bung Karno yang membuat Negara Belanda menyingkir dari Indonesia.

 

Bakti Kepada Ibu

 

Sementara itu, menurut Roso Daras, penulis buku "Sukarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer", bahwa diantara sekian banyak keteladanan dari seorang Bung Karno, rasanya keteladanan “bakti kepada ibu” ini merupakan keteladanan yang patut disemai.

“Kesaktian” Bung Karno justru terletak pada restu sang ibu, disertai kesadaran tinggi, bahwa takdir, termasuk kapan maut menjemput, adalah mutlak milik Tuhan,” ucap Roso.

Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, nama yang begitu diagungkan oleh seorang Bung Karno. Ia adalah seorang ibu yang telah menumpahkan seluruh restu bagi perjuangan anaknya. Seorang ibu yang memangkunya di saat fajar menyingsing, seraya memeluk dan membisikkan kata. “Jangan lupa nak… engkau adalah Putra Sang Fajar”.

“Tak pernah Bung Karno lupakan, momentum pagi hari sebelum keberangkatannya ke Surabaya, untuk melanjutkan sekolah di HBS. “Rebahlah nak… rebahlah di tanah…,” perintah sang ibu. 

Tanpa bertanya, apalagi memprotes, Sukarno kecil pun segera rebah di tanah menghadap langit semesta. Sang bunda segera melangkahi tubuh kecil Bung Karno hingga tiga kali bilangannya. Itulah bentuk seluruh restu yang ia tumpahkan bagi sang putra.

Bung Karno sadar, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben tidak kalah sadar. Sejak itu, mereka harus “berpisah”. Sejarah pun kemudian mencatat, Bung Karno sekolah di Surabaya, menumpang dan digembleng oleh HOS Cokroaminoto.

Perjalanan selanjutnya adalah Bandung untuk menggapai titel insinyur di THS (sekarang ITB). Jika dideret rentetan sebelum dan setelahnya, akan tebentang sejarah panjang Bung Karno yang dramatis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: