Iklan RBTV

Ini Deretan Mitos Mengenai Malam Satu Suro yang Paling Sakral, Konon Katanya Malam Raya Bagi Makhluk Gaib

Ini Deretan Mitos Mengenai Malam Satu Suro yang Paling Sakral, Konon Katanya Malam Raya Bagi Makhluk Gaib

Ada sejumlah mitos pada malam 1 Suro--

Arwah Leluhur Diyakini Pulang di Malam Ini

Tak hanya kisah makhluk gaib dan pesugihan, sebagian penganut kejawen juga meyakini bahwa malam satu suro adalah waktu di mana arwah para leluhur kembali ke rumah untuk menengok keluarga yang masih hidup. 

Karena keyakinan ini, banyak keluarga yang melakukan ritual kecil seperti menyediakan sesajen, membakar dupa, dan mendoakan leluhur mereka.

Mereka percaya, dengan memberikan penghormatan kepada arwah leluhur, keluarga akan dilindungi dari bencana atau gangguan gaib sepanjang tahun.

Muharram Bulan Suci, Bukan Kesialan

Berbeda dengan kepercayaan yang berkembang di kalangan penganut kejawen, Islam memandang malam satu suro atau malam 1 Muharram sebagai malam yang mulia dan penuh berkah. 

Bulan Muharram sendiri merupakan salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam kalender Hijriyah yang dimuliakan Allah.

Islam mengajarkan bahwa tidak ada hari atau bulan yang membawa kesialan. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa mengaitkan waktu tertentu dengan sial adalah bentuk thiyarah (takhayul buruk), yang termasuk perbuatan tercela. 

BACA JUGA:Serba-serbi Malam Satu Suro, Ini Pandangan Buya Yahya dan Ulama Lainnya Tentang Keistimewaan Bulan Muharram

Bahkan, mempercayai bahwa malam satu suro membawa malapetaka bisa tergolong ke dalam perbuatan syirik, yaitu mempersekutukan Allah dengan hal-hal ghaib yang tidak berdasar.

Dalam ajaran Islam, bulan Muharram justru dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti puasa sunnah (puasa Asyura), memperbaiki amal, dan memperbanyak doa.

Malam satu suro memang lekat dengan nuansa mistis, tradisi, dan cerita horor yang berkembang di masyarakat Jawa

Namun, penting untuk memisahkan mana yang termasuk warisan budaya dan mana yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Sebagai umat yang beriman, tentu kita harus bijak dalam menyikapi mitos dan kepercayaan turun-temurun.

BACA JUGA:Sakral Bagi Masyarakat Jawa, Malam Satu Suro Menurut Pandangan Islam dan Ustadz Adi Hidayat

Menghormati budaya bukan berarti harus mempercayai hal-hal yang tidak memiliki dasar yang jelas. Selama tidak bertentangan dengan akidah, tradisi bisa menjadi bagian dari kekayaan kultural yang patut dilestarikan. Namun jika sudah menyentuh ranah keyakinan spiritual yang salah arah, tentu perlu diluruskan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: