Suami istri yang baru menikah itu, akhirnya sepakat untuk mengajak Aria Tebing ke istana. Tetapi, ajakan itu ditolak Aria Tebing, karena dia ingin hidup bebas di desa dan tak ingin terikat aturan di istana.
Pangeran Serunting bersama istrinya, akhirnya menghargai sikap Aria Tebing. Keluarga baru itupun sepakat untuk membagi tanah warisannya dengan Aria Tebing. Agar tidak terjadi perselisihan, Pangeran Serunting menyarankan agar kebun yang telah dibagi itu diberi pembatas.
BACA JUGA:Presiden Soekarno Disebut Menyimpan Wesi Kuning, Begini Cerita Kesaktiannya
Aria Tebing bersama Serunting berangkat ke kebun sambil membawa sebatang kayu untuk pembatas lahan. Kayu tersebut ditanam di tengah ladang. Namun, beberapa hari kemudian kayu itu ditumbuhi cendawan.
Cendawan yang tumbuh ke arah kebun Serunting, hanya merupakan cendawan biasa. Tetapi yang tumbuh di arah kebun milik Aria Tebing, merupakan cendawan emas. Aria Tebing menjadi kaya raya, karena cendawan emas itu laku dijual mahal.
Serunting yang sakit hati melihat nasib baik adik iparnya, menuduh adik iparnya berbuat curang. Akhirnya Serunting menantang Aria Tebing untuk berkelahi. Menyadari kakak iparnya orang sakti, Aria Tebing akhirnya kebingungan menjawab tantangan tersebut.
Dia pasti akan mati dihabisi kakak iparnya, apabila menolak tantangan itu. Namun jika menyanggupi tantangan itu, dia juga akan kalah. Akhirnya Aria Tebing meminta diberi waktu berpikir selama dua hari, untuk menjawab tantangan tersebut.
BACA JUGA:Kesaktian Tongkat Komando Pucang Kalak Bung Karno, Terbukti Lolos Tembak Jarak Dekat