Candi dalam penggunaannya kata pada bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyebut bangunan keagamaan, di mana terdapat situs pemujaan kuno dari peradaban Budha-Hindu.
Karya ini adalah tempat untuk menyelenggarakan upacara pemujaan seperti, pemujaan dewa, menghormati leluhur atau menghormati Buddha.
Namun, istilah candi tidak hanya digunakan oleh masyarakat umum untuk menyebut tempat ibadah saja, terdapat banyak situs arkeologi non-religius dari periode klasik Hindu-Budha Indonesia, baik listrik (kraton), kamar mandi (pértaan), pintu, dll, disebut candi.
BACA JUGA:Pahami Baik-baik, 4 Hal Ini Wajib Kita Hindari karena Sengsara di Akhirat
Candi-candi tersebut merupakan replika dari bangunan tempat para dewa sebenarnya tinggal, yaitu Gunung Mahameru. Oleh karena itu, seni arsitektur dihiasi dengan berbagai jenis ukiran, yang diukir dalam bentuk pola hias sesuai dengan sifat Gunung Mahameru.
Candi-candi dan pesan-pesan yang disampaikan melalui arsitektur, relief, arca tidak pernah memisahkan unsur spiritual, kreativitas dan karya sang pencipta.
Beberapa candi seperti candi Borobudur dan Prambanan dibangun dengan sangat megah, detail, berhias mewah, dengan cita rasa estetis yang tinggi, dengan menggunakan teknologi arsitektur mutakhir pada masanya. Bangunan-bangunan tersebut selama ini menjadi bukti tingginya budaya dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.
Istilah “Candi” konon berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu manifestasi Dewi Durga sebagai Dewi Kematian. Oleh karena itu, candi selalu dikaitkan dengan peninggalan dimana pendharmaan adalah untuk menghormati raja yang telah meninggal (almarhum), misalnya candi Kidal untuk menghormati Raja Anusapati.
Meningkatnya jumlah juru bahasa di luar negeri, terutama bagi mereka yang berbicara bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya adalah menjadikan istilah candi mengacu pada konstruksi periode Hindu-Buddha di Nusantara, khususnya hanya di Indonesia dan Malaysia (misalnya Candi Lembah Bujang di Kedah).