Ia telah berhasil mengumpulkan pasukan dari seluruh wilayahnya di selatan Damaskus dan armada Mesir yang mengesankan di Alexandria. Pasukannya bertemu dengan kaum Frank dalam bentrokan besar-besaran di Hattin, dekat Tiberias (Israel modern) dan mengalahkan mereka dengan telak pada 4 Juli 1187.
Kemenangan dalam Pertempuran Hattin diikuti oleh serangkaian kemenangan cepat di seluruh Kerajaan Yerusalem, yang berpuncak pada 2 Oktober 1187, ketika Kota Yerusalem menyerah kepada tentara Salahuddin setelah 88 tahun di bawah kendali Kristen.
Awalnya, Salahuddin telah merencanakan untuk membunuh semua orang Kristen di Yerusalem sebagai pembalasan atas pembantaian Muslim pada 1099, namun ia setuju untuk membiarkan mereka membeli kebebasan mereka sebagai gantinya.
Pada saat itu, pasukan Salahuddin telah menguasai sejumlah kota penting lainnya dari Tentara Salib, termasuk Acre, Tiberias, Caesarea, Nazareth dan Jaffa. Namun dia tidak berhasil merebut Tirus, benteng pantai tempat sebagian besar Tentara Salib yang masih hidup mundur setelah kekalahan mereka.
BACA JUGA:Ini YouTuber Penghasilan Tertinggi 2023, Ternyata Bukan Ria Ricis Apalagi Atta Halilintar
Beberapa bulan setelah menguasai sejumlah kota penting di Yerusalem, Salahuddin wafat saat berusia 55 tahun di Damaskus pada Maret 1193. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari yang dipicu akibat kelelahan dari kampanye militer semasa hidupnya.
BACA JUGA:Ini 4 Weton Kesayangan Mertua, Sebab Jujur dan Pintar Cari Uang
Salahuddin telah memberikan sebagian besar hartanya kepada rakyat saat wafat. Saking banyaknya yang telah ia berikan, bahkan sisa harta yang masih dimilikinya tidak cukup untuk membayar pemakamannya sendiri.
Koalisi negara-negara Muslim yang dibentuk Salahuddin akan berpisah setelah kematiannya, tetapi keturunannya dalam dinasti Ayyubiyah terus memerintah di Mesir dan Suriah selama beberapa generasi.