BACA JUGA:Masyaallah, Keutamaan Puasa Dzulhijjah Salah Satunya Terhindar dari 30 Pintu Kemelaratan
Dalam perjalanan, tiba-tiba Abu mengatakan pada Abul bahwa mereka nanti akan menjamak sholat untuk menghemat waktu.
“Temanku, Abul. Untuk menghemat waktu kita, bagaimana kalau kita nanti melakukan jamak ta’khir. Artinya, kita tidak hanya akan mengurangi jumlah rakaat sholat, tapi juga menggabungkan sholat zuhur dengan sholat Ashar di satu waktu, yaitu di waktu sholat ashar,” ucap Abu Nawas.
“Emm, Tuan. Mengapa kita tidak sholat jamak taqdim saja? Jadi, kita bisa menggabungkan sholat zuhur dan ashar bersamaan siang ini di padang pasir?” tanya Abul Augus keheranan.
“Kenapa engkau lebih memiliki melaksanakan sholat jamak taqdim ketimbang jamak ta’khir wahai temanku Abul Augus?” tanya Abu.
“Begini, Tuan, saya hanya merasa khawatir bila sebelum ashar kita tiba-tiba dirampok penyamun dan mati dibunuh, padahal kita belum sempat melaksanakan sholat zuhur,” jawab Abul Augus.
Abu Nuwas tersenyum lebar. “Temanku Abul Augus, sholat itu sesungguhnya berasyik-asyik dengan Allah. Kiranya sholat tak boleh jadi beban. Sebenarnya tak hanya sholat, tapi semua syariat dalam Islam, tak boleh manusia jadikan beban. Maka dari itu, ada baiknya jika tempat sholat itu nyaman dan mengasyikan. Jika kita menjalankan sholat di pada pasir yang panas sekali ini, bisa saja sholat kita kurang khusyuk dan tidak asyik,” kata Abu sambil menginjak-injak pasir.
“Coba peganglah pasir-pasir ini, sangat panas. Jidatmu bisa saja melepuh jika kamu sholat di sini. Itu berarti, sholat yang kamu laksanakan tak hanya jadi beban, tapi juga membahayakan.”
“Mari kita cari masjid di desa Oubaidy atau Ishbilya, Apabila sesuai perkiraanmu, kita dirampok dan dibunuh sebelum sampai desa itu, tak perlu khawatir, yang penting kit sudah berniat untuk sholat zuhur. Baru berniat saja, Allah pasti sudah tersenyum, apalagi jika kita benar-benar melaksanakannya,” imbu Abu Nawas.