“Em, agar hamba semakin paham, bisakah Tuan menyebutkan contoh fahsya?” tanya Abul Augus antusias.
“Contohnya saja perzinaan, menegukkan minuman beralkohol, atau memakan makanan haram. Saat dua orang berzina, sebenarnya orang lain tak merasa dirugikan secara langsung. Sebab, tak ada korban jiwa akibat perbuatan mereka. Inilah mengapa nilai-nilai buruk dalam fahsya tidak mudah dikenali oleh umat manusia,”
Abul Augus tertegun dan menganggukan kepalanya tanda paham.
“Sekarang, bandingkan dengan perbuatan munkar. Munkar adalah perbuatan buruk yang menimbulkan kerugian langsung pada orang lain. Misalnya saja pencurian, pembunuhan, atau perampokan. Karena semua itu berdampak langsung pada orang lain dan ada korban jiwa akibat perbuatan itu, maka nilai-nilai buruk yang terkandung dalam perbuatan munkar gampang sekali dikenali. Bahkan, seorang atheis sekali pun percaya bila pembunuhan, perampokan, dan pencurian adalah perbuatan buruk,” jelas Abu Nwas.
BACA JUGA:Para Istri Jangan Lakukan Hal Ini jika Sayang dengan Suami, Selain Menyakitkan juga Membawa Neraka
Lelaki yang tengah mencari Tuhan itu pun merasa kagum dengan penjalasan dari tuannya. Hatinya berbunga. Banyak sekali ilmu yang ia dapat dari pejalanan ini.
Dari desa Ishbilya, kedua pengembara itu melanjutkan perjalanan mereka ke pusat Kota Baghdad. Selama delapan hari, mereka berjalan melewati padang pasir yang panas.
Setelah melakukan perjalanan selama 13 hari, sampaila mereka di bibir Kota Bahgdad. Abu Nawas merasa heran karena sejumlah menuju pusat kota ditutup. Hampir dua pekan melakukan perjalanan, pujangga ini tak tahu perkembangan berita.