Salah satunya adalah ketika Joko Tingkir bertarung melawan Buaya Putih. Dirinya bersama Ki Bahurekso dan patih Jalumampang.
Buaya Putih sendiri merupakan simbolisme dari sosok lain. Ada yang berkata kalau Buaya Putih merupakan penguasa. Ada juga yang menyatakan kalau Buaya Putih adalah ulama.
Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri kalau Buaya Putih merupakan sosok sakti. Joko Tingkir, Ki Bahurekso, dan Jalumampang melawan mereka ketika sedang mengarungi Sungai Tuntang untuk kembali ke Demak.
BACA JUGA:5 Manusia Paling Aneh di Dunia, Ada yang Tidak Tidur 30 Tahun
Setelah turun dari perahu, Joko Tingkir menunaikan misinya untuk mengambil hati Sultan Trenggono di Gunung Prawata. Dirinya memiliki strategi tersendiri untuk melakukan misinya.
Joko Tingkir berencana untuk membuat seekor kerbau mengamuk di pesanggrahan milik Sultan Trenggono. Ketika kerbau tersebut mengobrak-abrik tempat tersebut, Joko Tingkir akan muncul sebagai pahlawan yang akan menghentikan amukan kerbau tersebut.
Untuk itu, Joko Tingkir meminta Ki Banyubiru untuk menjampi-jampi rumput yang hendak dimakan kerbau tersebut, bernama Kebo Danu.
Jampi-jampi tersebut bisa membuat Kebo Danu menjadi tidak terkontrol. Amukan Kebo Danu membuat prajurit-prajurit kerajaan turun tangan menghentikan kerbau itu. Namun, tidak ada dari mereka yang mampu menghentikan kerbau itu.
BACA JUGA:Minta Pekerjaan, Dua Pria Ini Malah Keroyok Mantan Bos