Salman Rushdie, Novelis Penghina Nabi Muhammad yang Hidupnya Tidak Tenang hingga Akhirnya Jadi Korban Penusuka

Jumat 30-06-2023,20:14 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

 

4. Hidup Bersembunyi

Sebelum dinyatakan tidak bersalah sampai 11 September 2001, Salman Rushdie hidup dalam ketakutan dan berbagai ancaman pembunuhan dilontarkan padanya. Selama bersembunyi, ia menggunakan nama samaran dan jarang muncul ke hadapan publik.

 

Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan sudah mulai aktif lagi muncul di banyak acara sejak 2001.

 

5. Karyanya Dipuji

Sebelum novel The Satanic Verses terbit, novel kedua Salman Rushdie yang berjudul Midnight's Children yang rilis pada 1981 mendapat pujian internasional.

 

Novel tersebut memenangkan ajang penghargaan buku Booker Prize di Inggris karena sukses menggambarkan India pasca-kemerdekaan.

BACA JUGA:7 Letak Tahi Lalat Orang Sukses dan Kaya Raya, Salah Satunya di Telapak Tangan

 

Buku-buku Rushdie lain mencakup novel untuk anak-anak Haroun and the Sea of Stories (1990), buku tentang esai, Imaginary Homelands (1991). Kemudian novel, East, West (1994), The Moor's Last Sigh (1995), The Ground Beneath Her Feet (1999), dan Fury (2001).

 

Dalam dua dekade terakhir ia telah menerbitkan Shalimar the Clown, The Enchantress of Florence, Two Years Eight Monthsand Twenty-Eight Nights, The Golden House, serta karya terbaru Quichotte.

 

Kategori :