NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutala) mulai terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Apakah ini karena fenomena El Nino?
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan pada tiga tahun lalu bencana yang mendominasi adalah banjir, cuaca ekstrem, dan longsor akibat pengaruh La Nina atau kemarau basah.
Sekarang fenomena El Nino atau kemarau kering menyebabkan peningkatan karhutla di sejumlah wilayah.
“Ini sudah delapan bulan berjalan hampir 500 kali kejadian karhutla yang terlaporkan. Ini menandakan fase El Nino yang tahun 2023 ini disebut lemah ke sedang," kata Abdul.
BACA JUGA:Bukan hanya Angsuran Ringan, Ajukan Pinjaman di KUR BRI Ada Asuransi Kecelakaan atau Kematian
Namun, kata Abdul, El Nino yang berlangsung di tahun ini masih pada skala lemah ke moderat. Hal ini bisa makin parah apabila skalanya moderat ke kuat.
“Kita benar-benar harus waspada, mungkin ini yang harus kita evaluasi untuk menyiapkan segenap segala sumber daya untuk mengantisipasi potensi El Nino di tahun depan," kata dia.
Kendati begitu, menurut Abdul El Nino bukan satu-satunya penyebab karhutla di Indonesia. Abdul mengungkap faktor terjadinya karhutla justru kebanyakan disebabkan oleh manusia.
“Apakah tidak sengaja membuang puntung rokok atau membuat api unggun yang tidak dijaga," tuturnya.
Beberapa wilayah hutan dan lahan di pegunungan juga sudah mulai menjadi hot spot atau titik panas yang berdampak karhutla.
BACA JUGA:Bulan September Sudah Turun Hujan? Berikut Perkiraan BMKG
Yang terbaru di antaranya adalah kebakaran di kawasan Bukit Teletubies, Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jumat (1/9) malam.
Selain itu, karhutla di kawasan jalur pendakian Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran dan Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (1/9).
Ada pula kebakaran di Gunung Gede, Ponorogo, Selasa (5/9). BNPB juga mencatat ada 499 kejadian kebakaran hutan dan lahan sepanjang Januari sampai Agustus 2023.
BACA JUGA:Puncak Kemarau September 2023 Ini, Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan Terdampak