Ada pula gelombang Kelvin yang diprakirakan aktif di wilayah Sumatera bagian utara, Lampung, Banten, Jawa bagian timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara hingga tengah, Maluku Utara, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian selatan dalam sepekan ke depan.
"Sehingga, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awanhujandi wilayah tersebut," menurut BMKG.
Selanjutnya, ada sirkulasi siklonik terpantau di Kalimantan bagian Barat yang membentuk daerah konvergensi memanjang di sekitar Kalimantan Barat.
Peningkatan kecepatan angin yang terinduksi dari sistem tekanan rendah (low level jet) >25 knot terpantau di Laut Andaman, di Teluk Thailand, di Laut China Selatan.
Kemudian, konvergensi yang memanjang dari Perairan Barat Sumatera Barat hingga Aceh, dari Riau hingga Selat Malaka, di Laut Natuna, dari Selat Makassar hingga Kalimantan Utara, di Maluku Utara, di Perairan Selatan Papua Barat, dan di Papua Barat bagian Utara.
BACA JUGA:79 Persen Wilayah Indonesia Masuk Kemarau, 9 Provinsi AWAS, 15 WASPADA dan 23 SIAGA
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut," tandas BMKG.
Alasan September Puncak Kekeringan di Beberapa Wilayah
Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap tiga fenomena yang terjadi bersamaan yang membuat bulan ini bakal jadi salah satu puncak kekeringan 2023.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi BMKG Urip Haryoko menuturkan puncak kekeringan itu diprediksi terjadi pada September dan Oktober.
“Jika puncak yang dimaksud adalah periode kering sebagai dampak El Nino di Indonesia, maka akan dirasakan pada bulan bulan September-Oktober," ujar dia.