3. Jembatan Ampera Jadi Ikon Palembang
Ampera adalah kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera). Jembatan ini pun sudah dikenal luas oleh masyarakat lokal, nasional bahkan internasional.
Sejarawan Palembang Erwan Suryanegara menceritakan sejarah berdirinya jembatan yang menjadi ikon warga wong kito itu. Menurutnya gagasan membangun Jembatan Ampera untuk menghubungkan dua daratan di Kota Palembang sudah ada sejak pada pemerintahan Hindia Belanda.
"Sudah ada (bangun jembatan), ketika Indonesia masih di bawah jajahan Hindia Belanda tepatnya sekitar 1906," katanya.
Di masa itu, kata Erwan, Wali Kota Palembang Le Cocq de Ville. Namun tidak terealisasi, kemudian muncul kembali gagasan itu oleh pemerintahan Indonesia setelah merdeka.
“Jadi kita sudah merdeka tepatnya sekitar tahun 1956 pemerintah daerah Sumsel punya gagasan untuk membuat jembatan penghubung Seberang Ulu dengan Seberang Ilir. Usulan itu datang dari dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), anggarannya waktu itu Rp 30.000," ujar Dosen FISIP Unsri bidang Kebudayaan Seni ini.
Kemudian pada tahun 1957, dibentuklah panitia pembangunan untuk jembatan itu. Panitia tersebut, kata Erwan, diketuai oleh Gubernur Sumsel H.A Bastari kemudian Panglima Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya Harun Sohar, lalu Wali Kota Palembang Ali Amin dan wakilnya Indra Caya.
Setelah terbentuk kepanitiaan mengajukan usulan ke Presiden Soekarno dan disetujui. Biaya pembangunannya berasal dari dana rampasan perang Jepang, sekaligus arsiteknya dari Jepang karena waktu itu Jepang sudah menguasai teknologi.
Kemudian, Jembatan Ampera mulai dibangun pada April 1962. Setelah tiga tahun pembangunan, pada tahun 1965 jembatan pun selesai.
“Pertama kali nama jembatan ini diberi nama Soekarno, namun saat itu Bung Karno tidak setuju lalu berubah menjadi Jembatan Ampera hingga sekarang dan menjadi ikon Kota Palembang," ungkap Ketua Yayasan Kebudayaan TANDIPULAU ini.
BACA JUGA:Dabbah, Hewan yang Menjadi Tanda Kiamat, Penjelasan Ulama Seperti Ini Bentuknya
4. Ada Alquran Raksasa Terbesar di Dunia
Kitab suci umat Islam yakni Al-Qur'an dalam bentuk buku dan digital tentu sudah tidak asing bagi masyarakat. Namun di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ada Al-Qur'an yang dibuat dari kayu tembesu berukuran raksasa.
Al-Qur'an raksasa yang dibuat Ustaz Kgs Syofwatillah Mohzaib sejak tahun 2002 dan rampung pada tahun 2009 itu, kini menjadi salah satu pilihan wisatawan jika berkunjung ke Kota Pempek.
“Al-Qur'an raksasa ini dulunya diresmikan oleh Pak Presiden SBY (Susilo Bambang Yuduyono) dan disaksikan oleh 51 anggota parlemen Negara Islam sedunia," kata Syarkoni, pemandu sekaligus pengurus di lokasi tersebut.
Al-Qur'an yang telah dinobatkan sebagai Al-Qur'an raksasa terbesar di dunia itu terdiri dari 315 lembar papan ukiran ayat-ayat suci. Uniknya, kitab suci berbahan kayu tembesu itu juga bisa dibolak-balik.