5. Tempat manusia berlindung
Ada sekitar 1.000 suku asli di hutan hujan dunia. Di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik, orang-orang asli ini telah tinggal di hutan selama sekitar 40.000 tahun.
Suku hutan hujan tropis mengembangkan cara hidup yang memungkinkan mereka mengambil manfaat dari hutan tanpa merusaknya. Para penduduk asli bergantung pada hutan hujan tropis untuk kelangsungan hidup mereka. Mata pencaharian mereka juga berasal dari hasil hutan.
Namun, suku-suku asli hutan hujan musnah karena adanya pendatang, penebangan besar, perkebunan, pengambilan minyak, dan pendirian pembangkit listrik tenaga air. Kedatangan pemukim dan industri ini tidak jarang menggunaan pemaksaan dan kekerasan agar orang suku keluar dari tanah adat mereka.
6. Hasil Hutan dalam Kehidupan Sehari-hari
Hutan hujan tropis menghasilkan sejumlah jenis kayu yang paling baik dan mahal di dunia, seperti jati, mahoni, rosewood, balsa, cendana, dan banyak spesies lain yang kurang dikenal. Hasil hutan ini umum dijumpai di rumah dan di kantor dalam bentuk furnitur, lemari, panel, di samping produk serat seperti permadani atau karpet, kasur, tali, dan kain.
Minyak dari hutan hujan, getah, dan resin digunakan dalam insektisida, produk karet, bahan bakar, cat, pernis, dan produk finishing kayu sehari-hari. Minyak dari hutan hujan tropis adalah bahan utama dalam kosmetik, sabun, sampo, parfum, desinfektan, dan deterjen.
Sama seperti pertanian, penebangan dapat memelihara atau menghancurkan ekosistem. Untuk itu, perlu penebangan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan mempromosikan produksi dan konsumsi kayu yang mampu menjaga keberadaan hutan hujan tropis.
7. Pengontrol Iklim
Hutan hujan punya kapasitas untuk untuk menyerap jumlah emisi gas rumah kaca sangat besar yang dihasilkan manusia. Sebagai reservoir karbon utama dunia, hutan hujan tropis menyerap karbon dioksida dari udara, menyimpannya, dan menghasilkan oksigen.
Hutan hujan juga bertindak sebagai termostat dunia karena mengatur suhu dan pola cuaca. Jika tidak, bumi berisiko mengalami peningkatan suhu dengan keadaan malam dan siang tidak lagi ada perbedaan.
Rusaknya hutan hujan tropis dan penggunaan lahan bekas hutan tersebut menyumbang 9-11% dari total emisi gas rumah kaca setiap tahun. Jumlah ini setara dengan emisi semua kereta api, pesawat, dan mobil di dunia digabungkan. Untuk mencegah risikonya, perlu penanaman dan pengelolaan hutan muda yang ramah bumi untuk membantu menyerap karbon di atmosfer.