NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Warga Indonesia keturunan Tionghoa patut berbangga. Karena dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, peranan masyarakat Tionghoa tidak bisa dikesampingkan.
Walau jarang tertulis dalam sejarah, namun masyarakat keturunan Tionghoa memiliki jasa besar dalam merebut kemerdekaan.
Kiprah masyarakat etnis Tionghoa dalam ketentaraan di Indonesia sejatinya sudah ada sebelum perang kemerdekaan dan selama perjuangan merebut kemerdekaan. Sebelum Indonesia merdeka, terutama pada masa pemerintahan kolonial Belanda, banyak warga keturunan Tionghoa yang bahu-membahu bersama pejuang Indonesia melawan penjajah, karena sejatinya Keturunan Tionghoa telah ada di negeri ini berabad-abad sebelum kemerdekaan.
Kiprah serupa terjejak menjelang dan pada awal kemerdekaan. Pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan, banyak anggota masyarakat keturunan Tionghoa yang bergabung dalam laskar pemuda pejuang.
Ketika pemerintah resmi membentuk tentara, seperti halnya anggota laskar yang lainnya, tidak sedikit dari anggota laskar keturunan Tionghoa yang memilih kembali menjadi masyarakat sipil atau profesi sebelumnya. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang bergabung dalam institusi tentara.
Peluang warga keturunan Tionghoa menjadi tentara, juga tidak pernah tertutup atau ditutup. Seperti suku-suku lain di Indonesia, mereka memiliki hak yang sama.
BACA JUGA:Tagihan PBB Lunas Tanpa Harus Keluar Rumah, Begini Cara Bayar Lewat Online
Bukti keterlibatan keturunan Tionghoa jelas terlihat saat agresi militer Belanda, para pejuang keturunan Tionghoa ikut terlibat dalam pertempuran.
Tak heran jika banyak ditemui veteran-veteran berdarah Tionghoa di Indonesia. Siapa saja pejuang Tionghoa dalam catatan perjuangan kemerdekaan Indonesia?
1. Daniel Dharma (John Lie)
Daniel Dharma alias John Lie lahir pada 9 Maret 1911 di Manado, Sulawesi Utara. John Lie merupakan seorang perwira militer Angkatan Laut berdarah Tionghoa.
Keluarganya adalah pemilik perusahaan pengangkutan Vetol (Veem en transportonderneming Lie Kay Thai). Ketika berusia 17 tahun, John Lie kabur ke Batavia mengejar cita-citanya.
Selain sebagai buruh pelabuhan, Lie juga belajar tentang navigasi. Ia sempat bekerja sebagai klerk di kapal perusahaan pelayaran Belanda.
Selama bertugas, John Lie mendapatkan pendidikan militer hingga akhirnya bergabung dalam Angkatan Laut Republik Indonesia (RI).
Saat bertugas di Cilacap, ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang. Kariernya semakin cemerlang ketika ditugaskan untuk mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia ke luar negeri.