Lie bisa mengamankan sekaligus menukar komoditas Indonesia dengan senjata menembus blokade Belanda di Sumatera.
Kapal yang ia gunakan juga beberapa kali lolos dari bidikan pihak musuh. Pada 1950, John Lie aktif dalam penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku dan PRRI.
Pada Desember 1966, ia mengakhiri masa pengabdiannya di TNI AL dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
BACA JUGA:Ini 5 Tanda Mobilmu Sudah Minta Ganti Oli, Lihat Nomor 2
2. Yap Tjwan Bing
Tjwan Bing lahir pada 31 Oktober 1910 di Kota Solo. Ia menyandang gelar sarjana farmasi dari sebuah universitas di Amsterdam pada 1939.
Setelah lulus, Yap pulang ke Tanah Air dan mendirikan apotek di Bandung. Saat masa perjuangan kemerdekaan RI, Yap bersama Soekarno dan Hatta terjun dalam pergerakan nasional.
Yap Tjwan Bing adalah satu-satunya anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dia turut hadir dalam pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 18 Agustus 1945.
Setelah kemerdekaan, Yap bergabung dalam Partai Nasional Indonesia, partai yang didirikan oleh Bung Karno. Yap menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sekaligus anggota DPR-RIS.
Yap Tjwan Bing dikenal sangat dekat dengan Bung Karno. Kegiatan politiknya pada masa itu membuat dirinya harus berpindah-pindah tempat tinggal.
Saat menjadi anggota DPR-RIS, Yap tinggal di Yogyakarta, tepatnya di Jalan Pakuningratan, bersamaan dengan perpindahan pusat pemerintahan ke Yogyakarta pada 1946.
BACA JUGA:Ada Ular Masuk Rumah, Menurut Islam Begini Hal yang Harus Dilakukan
3. Djiaw Kie Siong
Djiaw Kie Siong merupakan petani keturunan Tionghoa. Kegiatan sehari-hari diisinya dengan menanam singkong, timun, kacang, dan terong.
Biasanya, setelah panen, tengkulak datang ke rumahnya untuk memborong. Kie Siong juga dikenal sebagai pemilik rumah tempat Soekarno dan Hatta diinapkan oleh para golongan muda saat dibawa ke Rengasdengklok, Jawa Barat, pada 16 Agustus 1945.