BACA JUGA:Kebun Sawit Bebas Hama, Ini 4 Jenis Tanaman Pembasmi Hama Kelapa Sawit
Sementara itu, upaya pengendalian hayati dapat dilakukan dengan mengaplikasikan agensia hayati.
Cara ini dinilai efektif karena sifat G. boninense yang berupa patogen tular tanah, sehingga peran agensia hayati akan semakin besar.
Beberapa agensia hayati yang bersifat antagonis terhadap Ganoderma boninense, seperti Trichoderma sp., Gliocladium sp., dan Penicillium sp. memiliki peluang yang besar untuk menjadi agen biokontrol yang efektif.
Apalagi, Gliocladium sp. dan Trichoderma sp. juga dilaporkan mampu menekan infeksi penyakit busuk pangkal batang pada bibit tanaman kelapa sawit berusia satu tahun di rumah kaca atau tanaman kelapa sawit berusia 1 tahun setelah transplanting di kebun.
BACA JUGA:Tungau Merah, Si Kecil Pengganggu Tanaman Kelapa Sawit, Ini Dampak yang Perlu Diwaspadai
Upaya pengendalian ini akan lebih efektif jika disertai dengan penggunaan bibit yang telah diberi perlakuan menggunakan agensia hayati.
Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskular yang dapat berasosiasi dengan akar kelapa sawit juga dinilai ampuh mencegah infeksi dari agen-agen penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang.
Agar hasil yang dilakukan semakin signifikan, penggunaan obat tanaman juga bisa menjadi pilihan yang tepat.
(Tim)