Tidak hanya itu, Beliau juga kerap bertanya kepada Rasulullah SAW cara bagaimana supaya dirinya dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki. Rasulullah menjawab,
"Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk masuk surga,"
Menurut catatan sejarah, pada akhir hayatnya Abdurrahman bin Auf berwasiat membagi hartanya menjadi 3 bagian. Ketiga bagian tersebut yakni 1/3 dibagikan untuk modal usaha sahabatnya, 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya, dan 1/3 lagi untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Semua dilakukan untuk meringankan langkahnya memasuki pintu surga.
Pedagang Kaya Raya
Abdurrahman bin Auf memang seorang pedagang yang kaya raya. Meskipun demikian, ia tidak suka menumpuk harta dan hidup bermewah-mewah. Berdagang ia jadikan sebagai ladang amalan. Jika perdagangannya sukses, hal itu akan semakin mendekatkan jiwanya kepada Allah.
Suatu hari ketika Abdurahman bin Auf hendak berbuka puasa, di hadapannya telah tersedia makanan. Namun, seketika ia tiba-tiba menangis. Di antara tangisannya, Abdurrahman berkata,
"Mus'ab bin Umair gugur sebagai syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripada aku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah. Jika kepalanya ditutup, maka tampaklah kakinya; jika kakinya ditutup, maka tampaklah kepalanya."
Abdurrahman bin Auf kemudian berhenti sejenak. Sambil masih tersedu-sedu, ia melanjutkan,
"Demikian juga Hamzah. Ia adalah orang yang jauh lebih baik daripada aku. Ia pun gugur sebagai syuhada. Saat akan dikuburkan, hanya terdapat sehelai selendang untuknya; telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh, kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami."
BACA JUGA:Tabel Angsuran KUR BCA Maret 2024 Pinjaman Rp 35 Juta, hanya Perlu Siapkan Syarat Ini Pinjaman Cair
Abdurrahman bin Auf sering kali menangis jika teringat akan hartanya. Ia takut hartanya akan memberatkan dan menjegal dirinya kelak di hadapan Allah SAW. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikit pun.
Pada kisah yang lain, diceritakan ketika beberapa sahabat sedang berkumpul di rumah Abdurrahman bin Auf. Saat jamuan terhidang di meja, seketika itu juga ia menangis.
Melihat kejadian yang tiba-tiba tersebut kemudian para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, "Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman?"
Abdurrahman bin Auf tidak bisa segera menjawab lantaran sedang menangis tersedu-sedu larut dalam kesedihan. Para sahabatnya memang mengenal Abdurrahman sebagai pribadi yang lembut hati.
Ia selalu cemas akan perbuatannya di dunia. Setelah tenang, Abdurrahman bin Auf berujar, "Rasulullah telah wafat. Selama hidupnya, beliau tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang. Apa yang diharapkan dari kita jika usia kita dipanjangkan tetapi tidak menambah kebaikan?"