Fakta-fakta Tentang Jemaah Aolia Gunung Kidul, Yogyakarta
Melansir dari berbagai sumber, Jemaah Aolia adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Suwito NS dalam Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 9, No. 2 (2011), menjelaskan bahwa Jamaah Aolia berdiri pada tahun 1972 di Desa Giriharjo Panggang, Gunung Kidul.
Penggagas Jemaah Aolia adalah Kiai Haji R. Ibnu Hajar Sholeh Prenolo atau yang dikenal dengan Mbah Benu. Sebagai pendiri, Mbah Benu mengajarkan nilai-nilai agama Islam kepada masyarakatnya sambil terlibat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Tempat Penitipan Motor Gratis untuk Mudik Lebaran, Pulang Kampung Gak Bimbang Lagi
Awalnya, jumlah muridnya terbatas. Namun, berkat pengajian yang dilakukan di rumah para muridnya secara bergiliran mulai menarik minat lebih banyak orang.
Berkaitan dengan Jemaah Aolia, banyak orang ingin tahu jamaah ini memiliki aliran apa. Berikut sejumlah fakta soal Jemaah Aolia:
1. Jemaah Aolia beraliran Sufi
Berdasarkan Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic Studies Vol. 57, no. 2 (2019), Jemaah Aolia menganut ajaran sufisme. Mereka menunjukkan perhatian terhadap masalah lingkungan dan kemanusiaan.
BACA JUGA:Masih Banyak yang Bingung, Ini Perbedaan Contraflow dan One Way serta Jadwalnya Selama Mudik Lebaran
Sikap ini sejalan dengan prinsip-prinsip sufisme yang menekankan pada kepedulian terhadap keberlangsungan bumi dan kesejahteraan manusia. Mereka memiliki respons yang kuat tehadap krisis lingkungan dan perubahan iklim.
Ajaran mereka yang beraliran sufi mencerminkan upaya dalam menjawab tantangan zaman dengan pendekatan spiritual dan praktis.
2. Jemaah Aolia punya penanggalan sendiri
Jemaah Aolia memiliki kalender penanggalan sendiri yang berbeda dengan kalender Hijriah yang digunakan oleh kebanyakan umat Islam. Hal ini sekaligus menjadi alasan mengapa mereka memulai pelaksanaan salat tarawih dan puasa Ramadhan lebih awal dibanding mayoritas umat Islam di Indonesia.
Mengenai sistem penanggalan khusus ini telah dibenarkan oleh imam Masjid Aolia. Hal ini juga sudah dikonfirmasi oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gunungkidul.
BACA JUGA:Ini Prediksi Puncak Mudik Lebaran 2024 serta Persiapan Kendaraan untuk Mudik
Menurut Kepala Kemenag Gunungkidul Sa'aban Nuroni, pelaksanaan salat tarawih yang lebih awal oleh jemaah Masjid Aolia didasarkan pada keyakinan mereka sendiri.