Selain itu, lepet memiliki tekstur yang lengket. Ini adalah simbol manusia tidak luput dari kesalahan. Diharapkan dengan adanya lepet, tumbuh sifat saling memaklumi dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Setiap komponen bahan yang digunakan dalam pembuatan lepet memiliki makna sendiri, sebagai berikut
a. Ketan yang memiliki tekstur menempel dan lengket satu sama lain menggambarkan ikatan pertemanan yang kuat.
BACA JUGA:Sajian Identik saat Momen Lebaran, Begini Cara Membuat Ketupat Gurih untuk Lebaran
b. Kelapa parut yang memiliki tekstur halus menggambarkan kehalusan perasaan dan sopan santun yang diharapkan terdapat pada umat Islam saat Idul Fitri.
c. Garam menggambarkan keseimbangan hubungan antara komunitas yang harmonis.
d. Janur (daun kelapa muda) yang berasal dari kata "jatining nur" memiliki arti cahaya sejati, menggambarkan sucinya kondisi manusia setelah menerima cahaya sejati selama bulan Ramadhan.
Selain itu, kesulitan proses pengambilan janur yang berada pada puncak pohon menggambarkan upaya yang dilakukan umat muslim demi mencapai kesucian.
e. Tali bambu merupakan simbol pertemanan yang kuat karena sifat alami tanaman bambu yang tumbuh berkelompok.
Selain menjadi hidangan khas yang muncul dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri, lepet juga turut tampil di momen yang berbeda, yakni seminggu setelah Lebaran.
BACA JUGA:Selain Burasa, Apa Saja 8 Makanan Lebaran Khas Sulawesi Saat Momen Lebaran
Dalam tradisi Jawa, dikenal adanya Lebaran Kupat atau Lebaran Ketupat yang berlangsung tepat setelah sepekan perayaan Idul Fitri berakhir.
Saat itulah, masyarakat memasak atau membeli lepet dan ketupat untuk kemudian didistribusikan ke rumah-rumah tetangga dan kerabat dekat.
Tindakan ini bukan sekadar rangkaian kegiatan, melainkan simbol dari semangat bersilaturahmi dan permohonan maaf kepada para tetangga dan kerabat sebagai bagian dari upaya mempererat tali persaudaraan.
Tidak hanya itu, lepet juga memiliki peran yang signifikan dalam tradisi Banyuwangi, Jawa Timur, di mana ia disajikan secara khusus pada acara "selapan".
Acara ini biasanya dirayakan 35 hari setelah kelahiran seorang bayi dan seringkali berdampingan dengan upacara pemberian nama.