Sementara Jepang menggunakan emas bagiannya untuk membangun perekonomiannya yang morat-marit usai perang. Alasan penguatnya, bagaimana Jepang bisa membangun perekonomian setelah perang tanpa suntikan modal yang luar biasa besar.
Penguat lainnya, tak ada satu pun anggota Kin No Yuri yang hidup setelah perang, selain Pangeran Yosuhito yang melarikan diri dengan kapal selam dari Filipina ke Jepang.
Jenderal Yamashita dan prajurit lain, kalau tidak tewas saat perang, pasti dihukum mati tentara AS.
Ada versi lain, emas ini sudah dikuasai oleh rezim Ferdinand Marcos yang menguasai Filipina dari tahun 1965-1986.
Diktator yang punya rekening luar biasa gendut ini adalah mantan tentara Filipina saat perang Dunia II. Kekayaannya tersebar di beberapa bank di Eropa.
BACA JUGA:Mengungkap Pencarian dan Penemuan Harta Karun Nabi Sulaiman, Ini Fakta dan Petunjuknya
Dia mengaku kaya bukan karena korupsi tapi karena harta karun.
Profesor Rico Jose, seorang peneliti dari Universitas Filipina mempertanyakan soal harta karun Yamashita ini. Jose menilai Emas Yamashita hanya mitos. “Tahun 1943 Jepang tak lagi menguasai lautan. Kecil kemungkinan emas ini dibawa ke Filipina,” kata Jose kepada media Filipina.
Namun analisa Jose tak menyurutkan niat para pencari harta karun. Jika tak di Filipina, maka tentu ceceran emas rampasan Jepang ini masih ada di negara-negara lain. Termasuk Indonesia. Adakah yang masih tersisa?
Jejak Peninggalan Jepang di Sulawesi Selatan:Konon kabarnya, di Indonesia, khususnya di daerah Sulawesi Selatan juga masih ada sisa peninggalan harta karun Jenderal Yamashita.
BACA JUGA:Ternyata di Aceh Ada Harta Karun Emas yang Jumlahnya Cukup Banyak, Letaknya di Wilayah Berikut
Adalah wilayah sekitar bekas pangkalan udara Jepang yang ada di daerah Malimpung, kecamatan Patampanua, kabupaten Pinrang. Pangkalan udara dengan kode ICAO WAAG ini, yang masih terdaftar di situs World-Airport-Codes.com, merupakan salah satu pangkalan udara militer Jepang pada masa perang dunia kedua.
Letaknya yang strategis, menjadikan pangkalan udara ini disebut sebagai salah satu titik tempat menampung emas timbunan Jenderal Yamashita, karena letaknya nyaris di tengah Indonesia, jarak Utara – Selatan atau Timur-Barat jaraknya hampir sama. Karena posisinya yang strategis, sekitar tahun 2010 yang lalu sempat muncul wacana pemindahan Lanud Sultan Hasanuddin dan salah satu kandidat lokasinya adalah bekas pangkalan udara Jepang di Malimpung selain bekas pangkalan udara Belanda di kabupaten Takalar.
Salah satu area yang sempat menjadi buah bibir masyarakat setempat adalah adanya terowongan yang menghubungkan pangkalan tersebut dengan gunung Paleteang.
Rumor yang sempat beredar juga mengatakan, salah satu alasan pendirian kantor konsulat Jepang di Makassar adalah untuk mengawasi wilayah tersebut. Berdasarkan cerita warga sekitar, sekitar tahun 80-an, ada utusan dari konsulat Jepang yang rutin mendatangi wilayah itu.