1. Survival rate yang tinggi mencapai 90%, artinya ikan lebih tahan hidup dalam lingkungan bioflok.
2. FCR (Feed Conversion Ratio) yang rendah, hanya sekitar 1,03, yang berarti untuk menghasilkan 1kg ikan hanya memerlukan 1,03 Kg pakan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan konversi kotoran ikan menjadi pakan oleh bakteri dalam sistem bioflok, sedangkan teknik budidaya lainnya sering kali memiliki FCR mencapai 1,5.
3. Tebaran ikan yang padat, dengan rasio 100 ekor per meter kubik, artinya budidaya ini dapat dilakukan dalam lahan yang sempit. Bahkan, lahan yang digunakan bisa menjadi 10 kali lipat lebih sedikit dibandingkan dengan kolam budidaya ikan biasa.
BACA JUGA:Jangan Sampai Salah! Ini Aturan Minum Rebusan Daun Salam agar Dapat Manfaatnya
4. Pertumbuhan ikan lebih cepat, dengan waktu peliharaan singkat hanya sekitar 4-6 bulan.
5. Tidak perlu repot mengganti air secara sering karena sistem bioflok memungkinkan kotoran ikan didaur ulang menjadi pakan oleh bakteri yang baik.
6. Tidak ada bau yang mengganggu karena kotoran ikan diolah menjadi pakan oleh bakteri, sehingga lingkungan budidaya menjadi lebih bersih dan nyaman.
7. Hasil panen dan keuntungan lebih banyak karena efisiensi penggunaan pakan yang lebih baik.
8. Hemat pakan dan lahan karena sistem padat tebar memungkinkan penggunaan lahan yang minim dan penyerapan pakan yang lebih baik.
BACA JUGA:Walaupun Pahit, Biji Duku Bisa Menyembuhkan Demam, Berikut Manfaat Lainnya
9. Limbah dan kotoran yang dihasilkan lebih sedikit, sehingga lebih ramah lingkungan.
10. Kondisi air lebih sehat karena terdapat cukup oksigen, dan sisa pakan serta bahan organik lainnya dimanfaatkan sebagai hara bagi pembentukan flok bakteri, menjadikan lingkungan budidaya lebih stabil dan optimal untuk pertumbuhan ikan.
Berikut adalah langkah-langkah lengkap untuk ternak ikan nila dengan sistem bioflok agar cepat panen:
1. Persiapan Kolam Bioflok
- Pilihlah lokasi yang tepat untuk kolam bioflok, pastikan area tersebut mendapatkan sinar matahari yang cukup.