Komoditas sawit telah menjadi salah satu pilar ekonomi utama bagi provinsi Sumatera Selatan. Dengan 17 kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Selatan, semua daerah tersebut berkontribusi sebagai penghasil sawit.
Namun, ada lima kabupaten yang menonjol sebagai produsen utama: Kabupaten Banyuasin (569, 345,00 ton), Kabupaten Musi Rawas (427, 076,00 ton), Kabupaten Ogan Komering Ilir (370, 215,00 ton), Kabupaten Musi Rawas Utara (304, 992,00 ton), dan Kabupaten Muara Enim (222,405,00 ton).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan, produksi sawit di provinsi ini terus menunjukkan tren positif. Pada tahun 2022, produksi sawit mencapai 3.449.202 ton, dengan jumlah luas lahan 1.191.401 hektare.
BACA JUGA:Punya Cadangan Harta Karun Melimpah, 3 Kabupaten Ini Kuasai Pertambangan Batu Bara di Riau
7. Jambi
Laporan dari Universitas Jambi menyatakan bahwa Provinsi Jambi telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi petani lokal dengan menyumbangkan jumlah dana dalam triliunan rupiah melalui ekspor CPO dan produk turunannya.
Provinsi Jambi telah melibatkan sekitar 638.000 petani dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, dengan luas total perkebunan mencapai 1.034.804 hektare.
Dampaknya terhadap ekonomi sangat signifikan, karena Pemerintah Provinsi Jambi berhasil mencapai 29,8% dari PDB, yang berkontribusi pada pengurangan angka pengangguran dan pembangunan provinsi.
Selain itu, Jambi juga telah dipilih sebagai lokasi pilot project penelitian unggulan sawit 4.0 oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).
BACA JUGA:Syarat Pinjaman Non KUR Mandiri 2024, Minimal Umur 21 Tahun, Bisa Ajukan Dana Rp 10-100 Juta
Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi kelapa sawit, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi.
8. Aceh
Provinsi Aceh memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kelapa sawit dengan luas lahan mencapai 487.526 hektare. Joko Supriyono sebagai Ketua Umum GAPKI, optimistis bahwa Aceh dapat berkembang pesat sebagai pilihan jalur ekspor baru.
Untuk mendukung upaya tersebut, Aceh perlu mengembangkan fasilitas seperti infrastruktur, serta meningkatkan kapasitas produksi sawit secara signifikan.
Joko Supriyono yakin bahwa dengan langkah-langkah ini, Aceh dapat menjadi pusat industri pengolahan kelapa sawit dan menjadi jalur ekspor bagi Indonesia ke Pakistan dan India.
Selain itu, Aceh juga memiliki potensi dalam inovasi produk olahan kelapa sawit. SMK Kemenperin di Aceh telah menjadi pusat inovasi produk olahan kelapa sawit, menunjukkan bahwa Aceh tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pengolahan dan inovasi produk.