3. PT Halmahera Persada Lygend (HPL)
Perusahaan ini masih dimiliki NCKL dengan kepemilikan 45,1%. Dikutip dari laman resmi perusahaan, smelter yang dioperasikan HPL mengeolah nikel sulfat dengan kapasitas 160.000 ton per tahun dan nikel limonit.
Nikel sulfat merupakan komponen katoda dalam baterai litium pada kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
BACA JUGA:Tak Habis-habis! Segini Potensi Harta Karun Tambang di Kalimantan Barat
4. PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia
Perusahaan ini masuk dalam bagian Huadi Indonesia. Saat ini mengoperasikan fasilitas smelter di area seluas 100 hektare di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Smelter ini beroperasi sejak 2018 dengan kapasitas produksi 350.000 ton dan menghasilkan feronikel.
5. PT Central Omega Resources Tbk (DTKF)
Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan nikel sejak 2011. Dikutip dari website perseroan, DTKF mengoperasikan smelter nikel melalui PT COR Industri Indonesia di Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Smelter tersebut dibangun dengan kapasitas produksi 300.000 ton feronikel per tahun. Pembangunan fase pertama mencakup kapasitas produksi 100.000 ton, sementara smelter fase kedua dibangun dengan kapasitas 200.000 ton per tahun.
BACA JUGA:Indonesia Miliki Harta Karun Melimpah, Catat! Ini Daftar 15 Perusahaan Tambang di Kalimantan
Selain kelima perusahaan di atas, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kini tengah mengembangkan tiga proyek smelter nikel di Sulawesi Selatan (Sorowako), Sulawesi Tengah (Bahodopi), dan Sulawesi Tenggara (Pomalaa) dengan nilai proyek senilai USD9 miliar.
BACA JUGA:Kalimantan Selatan Surga Bagi Pemburu Harta Karun Emas, Ini Titik Lokasinya
Smelter di Pomalaa akan beroperasi dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPLA) untuk memurnikan limonit dengan kapasitas produksi yang digadang-gadang bisa mencapai 120.000 ton per tahun.
Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, juga memiliki lini bisnis pertambangan dan pengolahan nikel. Adapun lini bisnis utamanya adalah pertambangan dan pengolahan logam mulia atau emas.