Meskipun battery lithium memiliki banyak manfaat, mereka juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Beberapa dampak lingkungan dari battery lithium adalah:
BACA JUGA:Produksi Tambang Bauksit Pulau Bintan Capai 3.835.500 Ton, Ini Daerah Penghasilnya
1. Penambangan Bahan Baku
Untuk memproduksi battery lithium, bahan baku seperti lithium, nikel, dan kobalt harus ditambang. Proses penambangan ini dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Penambangan lithium sering melibatkan penebangan hutan dan polusi air, sementara penambangan nikel dan kobalt dapat menyebabkan kerusakan lahan dan pencemaran limbah.
2. Emisi Karbon
Proses produksi battery lithium juga menghasilkan emisi karbon yang signifikan. Langkah-langkah seperti ekstraksi bahan baku, produksi kimia, dan transportasi semua memerlukan konsumsi energi fosil.
Emisi karbon yang dihasilkan oleh produksi battery lithium dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya.
BACA JUGA:Daftar Tambang Bauksit Terbesar di Indonesia, Punya Cadangan 144,5 Juta Ton
3. Pengelolaan Limbah
Battery lithium memerlukan pengelolaan limbah yang tepat setelah masa pakainya berakhir. Limbah battery lithium mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air jika tidak dikelola dengan benar. Pada saat yang sama, daur ulang battery lithium masih merupakan tantangan yang kompleks dan mahal.
Industri baterai sedang bekerja untuk mengatasi tantangan lingkungan yang terkait dengan battery lithium. Beberapa solusi yang sedang dieksplorasi adalah:
1. Pengembangan Bahan Baku Alternatif
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari penambangan bahan baku, industri baterai sedang mencari bahan baku alternatif. Misalnya, pengembangan baterai berbasis sodium sedang menjadi bidang penelitian yang menjanjikan. Sodium lebih melimpah daripada lithium di kerak bumi dan dapat ditambang dengan lebih sedikit dampak lingkungan.