Wilayah Paling Terdampak
Eddy menjelaskan bahwa gerbang utama yang akan menerima kondisi cuaca panas di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), diikuti oleh Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, Jawa Timur, dan seterusnya.
Daerah-daerah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan suhu yang signifikan, dengan potensi dampak yang lebih besar terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Menurut pengamatan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy juga mencatat bahwa siang hari yang sangat terik dan hujan pada malam hingga dini hari saat ini merupakan indikasi akhir musim transisi pertama atau pancaroba.
BACA JUGA:SK PPPK Bisa Gadai di Bank Jateng, Begini Syarat Dan Cara Pinjam, Kenali Juga Tips Pengajuan
Sifat hujannya tidak sebesar musim hujan pada umumnya, yang menunjukkan bahwa curah hujan selama periode ini tidak cukup untuk mendinginkan suhu yang tinggi di siang hari.
Dampak Terhadap Sumber Daya Air dan Pangan
Eddy memperingatkan adanya risiko berkurangnya debit air di daerah atau sentra pangan. Ini berarti bahwa area pertanian dan sumber air yang penting untuk irigasi mungkin mengalami kekurangan air, yang dapat mempengaruhi produksi pangan dan ketahanan pangan di Indonesia.
Namun, ia menegaskan bahwa kondisi ini tidak bersifat permanen. Setelah musim panas mencapai puncaknya dan kondisi cuaca kembali normal, debit air diharapkan akan pulih.
BACA JUGA:Siapkan Joranmu, Ini 6 Doa Mancing Ikan Biar Rajin Strike
Langkah-Langkah Mitigasi dan Adaptasi
Menghadapi cuaca panas yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Juli 2024, penting bagi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk menghadapi kondisi ekstrem ini.
Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai kondisi cuaca, serta mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama periode panas ini.
Eddy menyarankan warga yang mengalami cuaca panas untuk mencukupi kebutuhan asupan air bagi tubuh dan menghindari minum air dingin agar perubahan suhu yang drastis tidak mengganggu kesehatan.
Ia juga mengingatkan agar warga tidak berhadapan langsung dengan Matahari dan usahakan untuk berteduh serta menghindari sinar UV yang sangat kuat saat ini.
"Tidak perlu panik, tetap melindungi diri dari cahaya Matahari yang menyengat," ucapnya.