Kiprahnya dalam dunia militer membawanya menjadi ajudan Jenderal Gatot Subroto, seorang tokoh militer terkemuka pada masa itu. Melalui hubungan inilah Markam kemudian diperkenalkan kepada Presiden Soekarno, membuka jalan bagi peran pentingnya dalam sejarah Indonesia.
BACA JUGA:Begini Simulasi KPR BTN yang Harus Dipahami Debitur, Lengkap dengan Syarat Ajukan KPR
Mengembangkan Bisnis dan Membangun Kekayaan
Setelah kembali ke Aceh dengan pangkat Kapten, Teuku Markam tidak berdiam diri. Ia mendirikan PT Karkam, sebuah perusahaan yang awalnya berfokus pada ekspor dan impor.
PT Karkam di bawah kepemimpinannya menjadi salah satu perusahaan terdepan dalam mengimpor berbagai komoditas seperti mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja, dan bahkan senjata.
Keberhasilannya dalam dunia bisnis membuat Markam menjadi salah satu konglomerat terkemuka di Indonesia pada masanya.
BACA JUGA:Ada 6 Kewajiban Developer Perumahan Subsidi yang Debitur Wajib Harus Tahu
Kesuksesan bisnisnya membawa Teuku Markam dekat dengan pemerintah, terutama dengan Presiden Soekarno.
Ia menjadi salah satu sumber utama pendanaan bagi negara, terutama saat Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun di era Orde Lama.
Salah satu kontribusi terbesar Teuku Markam adalah sumbangan 28 kilogram emas yang melapisi lidah api di puncak Monas.
Sumbangan Emas untuk Monas
Monas, dengan tinggi menjulang 132 meter, memiliki simbol kebanggaan di puncaknya berupa lidah api yang terbuat dari 38 kilogram emas. Dari jumlah tersebut, 28 kilogramnya adalah sumbangan dari Teuku Markam.
Emas ini bukan sekadar lapisan biasa, tetapi merupakan simbol keberanian dan kejayaan bangsa Indonesia.
Bagi Presiden Soekarno, yang berambisi membangun Monas sebagai lambang kebanggaan dan martabat bangsa di mata dunia, sumbangan emas ini sangat berarti.
Sumbangan Teuku Markam tidak hanya berhenti di Monas. Dia juga berperan penting dalam mendukung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika yang bersejarah di Bandung.