Lima orang pemuda yang jasadnya ditemukan pada peristiwa mempertahankan Gedung Sate tersebut bernama Muchtarudin, Suhodo, Susilo, dan dua lagi tidak diketahui namanya.
Sementara itu dua orang yang tidak ditemukan jenazahnya diyakini bernama Rana dan Rengat. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibuatlah sebuah prasasti pada 31 Agustus 1952 sebagai bentuk penghormatan kepada tujuh orang pemuda tersebut.
Awalnya prasasti berbentuk batu itu terletak di halaman belakang Gedung Sate. Kemudian, pada 3 Desember 1970, prasasti tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.
BACA JUGA:Ini Syarat Daftar CPNS 2024 Formasi Polsuspas untuk Lulusan SMA, Pahami Langkah Mendaftar CPNS
Posisinya tepat berada sejajar dengan pintu masuk Gedung Sate dengan dikelilingi taman dan air mancur.
Gedung Sate sering dikaitkan dengan misteri dan cerita horor karena bangunannya yang besar dan sudah berumur 1 abad. Setidaknya ada 5 misteri yang menjadi perbincangan warga kota Bandung seputar Gedung Sate yaitu lorong rahasia Gedung Sate.
Ada cerita tentang keberadaan sebuah lorong rahasia di bawah tanah yang menghubungkan Gedung Sate dengan Gedung Pakuan.
Sosok misterius penghuni Gedung Sate. Sosok kakek botak berjenggot panjang pernah terlihat di dalam bangunan Gedung Sate, namun menghilang dalam sekejap.
Pohon angker, pohon besar di halaman belakang Gedung Sate dipercaya ada penghuninya oleh para pedagang di sekitar kawasan Gedung Sate karena pernah ada pedagang yang buang air kecil di pohon ini dan kemudian mengalami gangguan selama 4 hari.
BACA JUGA:Daftar CPNS dan PPPK Kemenag 2024, Tunjangan Kinerja PNS & PPPK Kemenag 2024 Akan Naik Jadi 80%
5. Lawang Sewu
Lawang Sewu bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “seribu pintu”.
Sebutan sewu (seribu dalam bahasa Jawa), merupakan penggambaran masyarakat Semarang tentang banyaknya jumlah pintu yang dimiliki Lawang Sewu, meski dalam kenyataannya jumlah pintu yang ada tidak mencapai seribu, namun lebih tepatnya 429 buah lubang pintu.
Namun Lawang Sewu memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar yang membuat jendela tersebut nampak seperti pintu.
Lawang Sewu mulai dibangun oleh Belanda pada 27 Februari 1904 dan rampung pada tahun 1907. Pada awalnya gedung ini berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta milik Belanda dengan nama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappj atau disingkat NIS.
Perusahaan inilah yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang, Surakarta dan Yogyakarta.