5 Pantangan Weton Tulang Wangi Pada Malam 1 Suro, Apa Saja?

Rabu 03-07-2024,22:06 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Septi Widiyarti

Diketahui, perayaan malam 1 Suro di Indonesia kerap dihiasi dengan sejumlah tradisi dan ritual.
Ada banyak ritual dan tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang, mulai dari siraman, tapa mbisu, melarung sesaji, hingga upacara adat lainnya.

Dijelaskan dalam Majalah Adiluhung Edisi 4 (2020), tradisi malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram yang tercatat dalam penanggalan Islam.

Tradisi ini berawal dari ketetapan Sultan Agung Hanyokrokusumo, Kesultanan Mataram Islam pada 8 Juni 1633 M.

Suro yang semula dihitung berdasarkan tahun Saka yang mengikuti peredaran matahari, akhirnya diubah menjadi tahun Hijriah yang mengikuti peredaran bulan.

BACA JUGA:PIP Pencairan Termin 2 Juli 2024, Ini Siswa SD SMP SMA Penerima Pencairan BLT PIP

Momen ini biasanya diperingati pada malam hari, tepatnya ba'da (setelah) maghrib sebelum tanggal 1 Suro. Tiap daerah memiliki tradisi yang berbeda dalam menjalankan ritual malam 1 Suro. Simak ragamnya dalam artikel berikut.

Ritual Malam 1 Suro dan Tradisi Pelaksanaannya

Seperti disebutkan sebelumnya, setiap daerah memiliki tradisi dan ritual yang berbeda-beda. Berikut penjelasan singkatnya yang bisa dipahami:

1. Ngalap Berkah

Setiap malam 1 Suro, Gunung Kawi dipenuhi oleh pengunjung yang ingin ngalap berkah dari para leluhurnya. Mereka memenuhi area pemakaman (pesarean) dan melaksanakan sejumlah prosesi khusus di malam tersebut.

Sambil beristirahat di penginapan dekat makam, pengunjung biasanya mengadakan upacara ritual. Dalam keheningan malam, mereka akan melantunkan doa dan menambatkan harapan pada Tuhan yang Maha Esa.

Di waktu bersamaan, banyak pedagang yang menggelar lapak untuk menjajakan bunga, kemenyan, lilin, hio (dupa), dan perlengkapan sesaji lainnya. Sejak maghrib, area Gunung Kawi akan dipadati pengunjung dan warga setempat sampai dini hari.

BACA JUGA:Pemerintah Cairkan Dana PIP SD SMP SMA Termin 2, Cek Rekening Sekarang

2. Sedekah Gunung

Mengutip buku Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Perspektif Lintas Negara susunan Mohammad Zain Musa, dkk., masyarakat yang tinggal di Lereng Gunung Merapi rutin mengadakan sedekah gunung tiap malam 1 Suro. Tujuannya untuk memohon keselamatan dari segala macam bala dan bencana.

Saat upacara digelar, masyarakat akan menyiapkan sesajen berupa kepala kerbau. Nantinya, sesajen tersebut akan dilarung dan diterjunkan ke kawah puncak Gunung Merapi.

Di akhir acara, tetua adat akan memimpin doa bersama untuk meminta pertolongan Tuhan. Momen ini dimanfaatkan untuk mensyukuri nikmat yang sudah dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa, baik berupa hasil panen maupun hasil bumi.

Kategori :