"Selama dia bisa melakukan apa saja untuk (menarik hati) pemilih, itu akan kembali menjadi suara impian Amerika," ujar profesor politik di University of Cincinnati, David Niven.
Dia mengacu pada kebangkitan JD Vance dari kemiskinan, menjadi senator AS, dan kini cawapres Donald Trump.
Setelah bertugas di Korps Marinir, menghadiri Yale Law School, dan bekerja sebagai pemodal ventura di San Francisco, JD Vance menjadi terkenal secara nasional berkat bukunya pada 2016 yang berjudul "Hillbilly Elegy".
Dalam memoar itu, dia mengeksplorasi masalah sosial ekonomi yang dihadapi kampung halamannya, dan berusaha menjelaskan popularitas Donald Trump di antara orang kulit putih Amerika yang miskin kepada pembaca.
Dia sangat mengkritik Donald Trump, baik secara publik maupun pribadi, pada 2016 dan selama tahap pembukaan masa jabatannya 2017-2021.
"Saya bolak-balik antara berpikir Trump adalah b*j*ngan sinis seperti Nixon yang tidak akan seburuk itu (dan bahkan mungkin terbukti berguna), atau bahwa dia adalah Hitler Amerika," kata JD Vance kepada seorang rekan di Facebook pada 2016.
Ketika komentarnya mengenai Adolf Hitler pertama kali dilaporkan pada 2022, seorang juru bicara tidak membantahnya. Namun, dia mengatakan bahwa hal itu tidak lagi mewakili pandangan JD Vance.
Beralih Jadi Pendukung Trump
Pada saat JD Vance mencalonkan diri sebagai Senat pada 2022, demonstrasi kesetiaannya, termasuk meremehkan serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS oleh pendukung Donald Trump, sudah cukup untuk mendapatkan dukungan yang didambakan mantan presiden itu. Dukungan Donald Trump pun membantu menempatkannya di puncak dalam pemilihan pendahuluan yang kompetitif.
Dalam wawancara media, JD Vance mengatakan bahwa tidak ada momen "Eureka" yang mengubah pandangannya tentang Donald Trump. Sebaliknya, dia secara bertahap menyadari bahwa oposisinya terhadap mantan presiden berakar pada gaya daripada substansi.
Misalnya, dia setuju dengan pendapat Donald Trump bahwa perdagangan bebas telah melubangi Amerika tengah dengan menghancurkan manufaktur domestik. Selain itu, para pemimpin negara terlalu cepat untuk terlibat dalam perang asing.
BACA JUGA:Profil JD Vance, Senator dari Ohio Pilihan Donald Trump Sebagai Cawapres Amerika Serikat 2024
"Saya membiarkan diri saya begitu fokus pada elemen gaya Trump, sehingga saya benar-benar mengabaikan cara dia secara substantif menawarkan sesuatu yang sangat berbeda tentang kebijakan luar negeri, perdagangan, imigrasi," ujar JD Vance.
Dia juga mengatakan bahwa telah bertemu Donald Trump pada 2021, dan keduanya semakin dekat selama kampanye Senatnya. Para pencela senator Ohio pun melihat pergeseran pandangannya sebagai taktik sinis untuk naik ke jajaran politik Republik.